Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana AS Berantakan

Kompas.com - 21/12/2011, 08:09 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com — Kematian mendadak pemimpin Korea Utara Kim Jong Il membuyarkan rencana dan harapan Amerika Serikat untuk membujuk negara itu menghentikan program nuklirnya. Saat ini, prioritas utama AS dan negara-negara tetangga terdekat Korut adalah menjaga stabilitas di Semenanjung Korea.

Pekan lalu, AS mengirimkan utusan khusus ke Korea Utara (Korut) untuk membicarakan kesepakatan pemberian bantuan pangan dari AS sebagai kompensasi kesediaan Korut menghentikan sementara program pengayaan uraniumnya. Pengumuman kesepakatan, yang akan menjadi langkah maju di tengah kebuntuan pembicaraan enam pihak untuk mengakhiri program nuklir Korut, itu sedianya akan dilakukan di Washington, pekan ini.

Namun, rencana itu berantakan setelah stasiun televisi Korut menyiarkan kabar kematian Kim Jong Il, Senin (19/12/2011). Perhatian AS kini dicurahkan untuk memantau perkembangan situasi di Korut sepeninggal Kim.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland, mengatakan, keputusan pengumuman kesepakatan itu ditunda karena Pemerintah AS saat ini fokus berkonsultasi dengan negara-negara yang khawatir dengan perkembangan situasi di Pyongyang. Nuland juga mengatakan, AS harus menghormati masa berkabung di Korut dan akan meneruskan pembicaraan ”di saat yang tepat”.

Para perancang strategi di Washington sudah lama mengkhawatirkan skenario terburuk, yakni Kim Jong Il meninggal mendadak di saat transisi kekuasaan ke putranya, Kim Jong Un, belum sepenuhnya tuntas dan Korut belum memulai lagi pembicaraan perlucutan senjata nuklirnya. Kini, skenario terburuk itu terjadi.

AS dan sekutu-sekutu utamanya di kawasan Asia Timur, yakni Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, khawatir akan terjadi manuver politik di dalam Korut, yang bisa berujung pada aksi provokatif, seperti peluncuran rudal atau bentuk agresi lainnya.

Seusai bertemu Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang Koichiro Gemba di Washington, Senin, Menlu AS Hillary Clinton mengatakan, AS dan Jepang berharap transisi kekuasaan di Korut berjalan damai. ”Kami berdua (AS dan Jepang) memiliki kepentingan bersama terkait transisi yang damai dan stabil di Korut dan dalam menjamin stabilitas dan perdamaian kawasan,” kata dia.

Serba tak pasti

Pemerintah Jepang, yang langsung menggelar rapat darurat begitu mendengar kabar meninggalnya Kim, juga menunjukkan kekhawatiran terhadap stabilitas kawasan. Hari Selasa (20/12/2011), Pemerintah Jepang mengumumkan keputusan pembelian 42 unit pesawat tempur F-35 Lightning II buatan AS untuk meremajakan kekuatan angkatan udaranya.

”Situasi keamanan di sekeliling Jepang tetap tak stabil dan serba tak pasti dalam banyak hal, dan sangat penting bagi kami untuk memastikan kedamaian dan kemerdekaan negara kami,” ujar Menteri Pertahanan Jepang Yasuo Ichikawa, dalam jumpa pers terkait keputusan pembelian F-35 ini.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

    Terpopuler

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com