Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Eropa Makin Terasa

Kompas.com - 16/12/2011, 02:26 WIB

BEIJING, KAMIS -  Dampak menurunnya perekonomian di AS dan Eropa semakin terasa di Asia. Aktivitas manufaktur di negara eksportir menurun akibat sepinya order. Kepercayaan pebisnis di Jepang juga melemah karena melihat tidak akan ada kemajuan dari Eropa. Diperkirakan krisis ini akan berlangsung bertahun-tahun.

Aktivitas manufaktur China terkontraksi pada Desember ini. Investasi langsung juga turun untuk pertama kali dalam 28 bulan terakhir. Hal itu terungkap dari data-data yang dimiliki Pemerintah China di Beijing, Kamis (15/12).

Krisis di AS dan Eropa ikut menurunkan aktivitas perekonomian di China. Ekspor dan arus masuk investasi asing langsung merupakan tulang punggung perekonomian China.

Salah seorang peneliti pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekspor pada 2012 dapat terpangkas separuh dari tahun ini. Penurunan ekspor akan membuat perekonomian China hanya bertumbuh di bawah 9 persen saja. Jika terjadi, ini merupakan kali pertama pertumbuhan di bawah 9 persen dalam satu dekade terakhir.

Laporan awal Purchasing Manager Indeks (PMI) HSBC bulan Desember menunjukkan angka 49, atau naik sedikit dari 47,7 pada November yang merupakan kontraksi pertama sejak tiga tahun terakhir. Indeks ini menunjukkan kontraksi kegiatan ekonomi.

Para konsumen, mulai dari New York hingga Paris, memangkas anggaran belanja mereka. Biasanya, menjelang Natal, pemesanan barang meningkat, tetapi tidak terjadi untuk tahun ini.

Angka indeks PMI di atas 50 mengindikasikan manufaktur yang sedang berkembang, sebaliknya di bawah 50 menunjukkan ada penurunan aktivitas manufaktur. Angka final indeks ini akan diumumkan pada 30 Desember mendatang.

”Dengan inflasi yang cepat berubah menjadi disinflasi, Pemerintah China dapat dan harus membuat pelonggaran kebijakan, baik dalam fiskal maupun moneter. Ini perlu untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja,” ujar Kepala Ekonom UBS Qu Hongbin.

Qu juga memperingatkan, momentum pertumbuhan lemah dan banyak risiko yang akan menurunkan pertumbuhan dari sisi ekspor serta pasar properti.

Data lain memperlihatkan investasi asing langsung China pada November turun 9,76 persen dari tahun lalu menjadi 8,76 miliar dollar AS. Penurunan ini merupakan yang pertama kalinya sejak Juli 2009.

Total investasi (asing dan domestik) China selama Januari-November sebesar 103,77 miliar dollar AS, naik 13,15 persen dari tahun sebelumnya. Investasi AS anjlok 23,05 persen dan investasi Eropa naik 0,29 persen.

Sementara itu, kepercayaan pada manufaktur Jepang skala besar turun pada kuartal terakhir. Penguatan yen dan penurunan pertumbuhan ekonomi global membuat optimisme makin terkikis.

Menurut hasil survei ”tankan”, yang diadakan oleh Bank Sentral Jepang, indeks turun menjadi minus 4. Ini merupakan penurunan pertama dalam dua kuartal terakhir. Tiga bulan lalu, indeks itu masih berada pada angka 2 karena perusahaan Jepang sedang bangkit dari bencana alam gempa dan tsunami.

Angka 100 menunjukkan pertanda baik dan minus 100 menunjukkan situasi paling buruk.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, untuk keluar dari krisis diperlukan proses. ”Krisis ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun,” katanya.

Tawaran Rusia

Ini semua adalah dampak dari krisis Eropa. Rusia menawarkan dana sebesar 20 miliar dollar AS kepada Dana Moneter Internasional (IMF) untuk zona euro. Presiden Rusia

Dmitry Medvedev menyatakan, Rusia bersedia meminjamkan dana sebesar 20 miliar dollar AS untuk dana darurat demi menyelamatkan euro.

Penasihat Medvedev, Arkady Dvorkovich, mengatakan, Moskwa siap berkontribusi secepatnya begitu IMF meminta bantuan. ”Komitmen kami setidaknya 10 miliar dollar AS. Kami siap berkontribusi untuk membantu secara finansial ketika IMF mengatakan bahwa inilah saatnya bertindak,” ujar Dvorkovich.

Negara-negara Uni Eropa sepakat hendak menambah dana IMF sebesar 200 miliar euro. Mereka menetapkan tenggat waktu 19 Desember agar dana tambahan tercapai.

(AP/AFP/Reuters/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com