Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sangat Lambat Ganti Rugi Korban Rawagede

Kompas.com - 14/12/2011, 16:24 WIB

LONDON, KOMPAS.com--Sejarahwan Belanda Jean van de Kok  mengakui bahwa ganti rugi yang diberikan Pemerintah Belanda untuk korban peristiwa pembantaian Rawagede oleh tentara Belanda  64 tahun lalu sudah sangat terlambat.  

"Ganti rugi diberikan 64 tahun setelah kejadian, tentu saja sangat terlambat," ujar   dosen dan peneliti universitas Groningen dan Leiden di Belanda kepada Koresponden ANTARA London sehubungan dengan pengasilan Denhaag memvonis pemerintah Belanda untuk memberi ganti rugi untuk para korban Rawagede, Selasa.

Pertengahan September lalu, pengadilan Den Haag memvonis negara Belanda bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh keluarga korban pembantaian di Rawagede. Untuk itu negara harus membayar ganti rugi kepada tujuh janda korban.

Pemerintah Belanda pun secara resmi meminta maaf atas aksi militernya pada tahun 1947 yang menyebabkan jatuhnya korban sipil di Desa Balongsari, Kecamatan Rawagede, Karawang, Jawa Barat.

Duta Besar Belanda untuk Indonesia Tjeerd de Zwaan saat mengikuti acara peringatan 64 tahun Tragedi Pembantaian Rawagede di Desa Balongsari menyampaikan permintaan maaf  Pemerintah Belanda atas tragedi tersebut.

Zwaan mengatakan peristiwa Rawagede merupakan hal yang menyedihkan dan sebuah contoh mencolok tentang bagaimana hubungan antara Indonesia dan Belanda pada masa itu (tahun 1947) berjalan ke arah yang keliru.

Menurut Jean van de Kok, memang ada vonis yang meminta ganti rugi ini dari pengadilan, namun pemerintah Belanda bisa saja naik banding.  Namun Pemerintah Belanda memutuskan tidak naik banding, tetapi minta maaf serta memberi ganti rugi.

Menurut  pengamat masalah Belanda dan hubungan Indonesia- Belanda, sikap ini boleh dikatakan sikap baru, sampai sekarang lobi veteran Belanda yang pernah bertugas di Indonesia selama perang kemerdekaan menolak.

?Lobi mereka kuat sekali dan mendapat dukungan berbagai kalangan, terutama politik sayap kanan, Termasuk juga pangeran Bernhard, mendiang suami Ratu Juliana, ? ujar  Jean van de Kok.

Dikatakannya para veteran itu sekarang sudah banyak yang  meninggal, jadi kelompok mereka semakin kecil.

Selain itu juga adanya lobi yang cukup kuat adalah warga Indo Belanda yang pada tahun 50an abad lalu dipaksa Presiden Soekarno  meninggalkan Indonesia.

Generasi kedua dan ketiga kelompok ini kini bersikap positif terhadap Indonesia, ujar pria kelahiran Semarang yang  sejak tahun 1989 bergabung dengan Radio Nederland.

Menurut pengasuh acara tentang Belanda-Indonesia,  Belanda memperlihatkan rasa kemanusiaannya dengan kesediaan mereka memenuhi tuntutan korban kejahatan perang di Rawagede tahun 1947.

Menurut Jean, lulusan sejarah, antropologi dan seni rupa di Belanda mengatakan dalam sejarah Belanda-Indonesia berbagai kasus pelanggaran HAM terjadi, Rawagede hanya satu dari sekian peristiwa.

Sebagai sejarawan saya heran buku sejarah sekolah di Belanda, hampir tidak diisi dengan sejarah masa silam yang negatif. Kompeni dagang VOC diagung-agungkan sebagai multinasional yang berhasil membawa kekayaan ke Belanda dengan petualangan berani.

Mantan Perdana Menteri Belanda Jan Peter Balkenende,  menyebutkan bahwa Mentalitas VOC ini patut dicontoh, demikian Jean van de Kok.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com