BANDUNG, KOMPAS -
Dalam dua kali penyelundupan terakhir, tercatat 89 imigran asal Timur Tengah dimasukkan ke Australia melalui jalur laut dari selatan Jabar. Usaha pertama pada awal Oktober dengan 44 imigran melalui Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, dan berikutnya pada November sebanyak 45 imigran mencoba melalui perairan Pangandaran, Kabupaten Ciamis.
Penyelundupan melalui Sukabumi digagalkan oleh kepolisian, sementara di Ciamis terungkap karena kapal yang mengangkut imigran karam di perairan Palawangan sehingga delapan orang meninggal karena tenggelam.
”Zona selatan adalah wilayah yang paling diwaspadai karena dekat dengan Pulau Christmas, Australia,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Ajun Komisaris Besar Martinus Sitompul, Kamis (10/11).
Pulau seluas 152 kilometer persegi itu bisa dicapai dengan naik perahu selama 48 jam dengan jarak tempuh 390 kilometer. Jarak pulau tersebut dengan pulau utama Australia mencapai 1.700 kilometer.
Para imigran yang bakal menyelundup ke Indonesia datang menggunakan pesawat dengan visa melancong. Dari Jakarta, mereka dijemput, lalu diangkut ke selatan Jabar menggunakan jalur darat.
Para imigran umumnya mengeluarkan biaya antara 3.000 dan 5.000 dollar Amerika Serikat untuk ongkos penerbangan ke Indonesia hingga naik perahu ke Pulau Christmas.
Dari dua penyelundupan yang gagal, sudah ditetapkan enam tersangka. Mereka adalah T dan L untuk kasus di Sukabumi serta A, N, H, dan B untuk kasus di Ciamis. Meski lokasi kejadian berbeda, polisi mencurigai pelaku berkaitan satu sama lain karena modus hampir sama.
”Ada yang bertugas untuk merekrut, mempersiapkan perjalanan, dan anak buah kapal yang direkrut secara terpisah,” kata Martinus.
T, pria berkebangsaan Iran yang sudah 10 tahun di Indonesia, berperan mengajak calon imigran untuk menyeberang ke Australia melalui Indonesia, sementara L mengatur perjalanan mulai dari tiket pesawat, mobil sewaan, hingga perahu.