Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khadafy Lenyap, Masalah Dinasti Muncul

Kompas.com - 28/10/2011, 07:55 WIB

Pada tahun 1991, Pangeran Idris mengklaim telah merekrut 400 mantan anggota militer Libya yang mendapat latihan dari dinas intelijen AS untuk melawan rezim Khadafy.

Pada Maret 2011 menjelang revolusi Libya, Idris al-Senussi mengadakan serangkaian pertemuan dengan sejumlah pejabat dan kongres AS. Ia juga melakukan komunikasi dengan pejabat Perancis dan Arab Saudi.

Ketika ditanya apakah dia atau Mohammed al-Senussi yang berhak naik takhta sebagai raja, ia menjawab, dewan keluarga besar Senussi yang akan memutuskan siapa yang akan menjadi raja.

Akan tetapi, wacana kembalinya sistem monarki di Libya sama sekali tak terdengar dari para pemimpin ataupun rakyat Libya. Suatu hal yang pasti, Dewan Transisi Nasional (NTC) telah mengumumkan akan menggelar pemilu demokratis dalam kurun 8 bulan mendatang.

Siapa pun warga Libya tanpa pandang bulu, termasuk Pangeran Idris, berhak menjadi kandidat dalam pemilu mendatang. Pangeran Idris tentu harus menerima realitas bahwa sistem monarki sudah menjadi bagian sejarah Libya. Jika ingin kembali ke Libya, Pangeran Idris tampaknya harus mengakui proses baru lewat sistem republik demokratis. Ia bisa menjadi presiden atau perdana menteri jika disukai dan dipilih rakyat. (MTH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com