Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bali Terus Diincar Sindikat Sabu

Kompas.com - 26/10/2011, 20:22 WIB
Herpin Dewanto Putro

Penulis

DENPASAR, KOMPAS.com - Sindikat narkoba terus mengincar Bali sebagai tempat perdagangan narkoba jenis sabu. Mereka selalu mencari modus baru, untuk dapat lolos dari pemeriksaan petugas.

Data Kantor Bea dan Cukai Bandara Ngurah Rai Bali, menunjukkan, hasil tangkapan sabu di Bali selama tahun 2011 sampai Oktober sebanyak 11 kasus, dengan jumlah sabu yang disita sekitar 16,3 kilogram (kg). Jumlah kasus penyelundupan sabu pada tahun 2010 lebih tinggi, yaitu 17 kasus tetapi sabu yang disita hanya sebanyak 11,7 kg.

"Sebagian besar sabu yang dipasok saat ini berasal dari Afrika dan Iran," kata Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Tommy Sagiman, Rabu (26/10/2011) di Denpasar, Bali.

Bali diincar, karena merupakan pusat pariwisata dan didatangi sekitar 8.000 wisatawan setiap hari.

Pada bulan Oktober ini, misalnya, sudah ada tiga kasus penyelundupan sabu dari Afrika ke Bali yang berhasil digagalkan. Ketiga kasus itu pun terjadi berturut-turut setiap minggu.

Pada Senin (10/10/2011), kurir asal Indonesia bernama Theresia Avilla Yanti Siwi membawa sebanyak 3,7 kg sabu dari Kenya, Afrika.

Petugas Bea dan Cukai Bandara Ngurah Rai Bali kembali menangkap kurir asal Afrika Selatan, Brett Theo Savage, yang membawa sabu sebanyak 2,9 kg, Rabu (19/10/2011).

Satu pekan kemudian, Minggu (23/10/2011), kurir lainnya dari Afrika Selatan, Kedibone Sheilla Motsweneng, juga tertangkap karena membawa sabu sebanyak 2,4 kg.

"Mereka mencari modus baru dengan menggunakan kurir baru," kata Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Tipe Madya Pabean Ngurah Rai, I Made Wijaya.

Sindikat narkoba itu sudah membaca pengamatan petugas, sehingga mencari kurir yang tidak menarik perhatian petugas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com