Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Invasi AS ke Afghanistan Diperingati

Kompas.com - 07/10/2011, 12:43 WIB

KABUL, KOMPAS.com - Afghanistan memperingati 10 tahun perang pimpinan Amerika terhadap Taliban di negara itu, Jumat (7/10/2011). Pengamanan terlihat diperketat setelah  setelah serangkaian serangan gerilyawan yang memudarkan harapan bagi perdamaian yang kekal.

Acara peringatan itu diselenggarakan secara sederhana, dengan perayaan kecil bagi perang yang telah menewaskan ribuan orang tewas dan menghabiskan ratusan miliar dollar AS.

Saat ini sekitar 140.000 tentara internasional di Afghanistan termasuk 100.000 personel dari Amerika Serikat yang bertugas memerangi pemberontakan yang dipimpin Taliban.

Bagi banyak warga Afghanistan, peringatan itu merupakan saat untuk merenungkan kembali tentang tujuan perang itu bagi negara mereka dan implikasi-implikasi dari penarikan seluruh pasukan tempur asing pada akhir tahun 2014.

"Saya tinggal satu tahun di kota Kabul semasa pemerintah Taliban dan mereka membuat kehidupan sulit karena melarang segalanya. Kami terpaksa meninggalkan negara itu dan tinggal di Pakistan," kata Abdul Saboor, seorang juru masak beruia 30 tahun di Kabul.

"Saya sangat puas ketika akhirnya era gelap Taluban berakhir di negara kami.

Tetapi ulang tahun itu juga meningkatkan kekecewaan menyangkut lamanya konflik itu yang menyebabkan pemerintah Afghanistan korup, kehadiran pasukan Barat yang dikecam luas, dan prospek perdamaian yang kecil.

Pedagang kaki lima Khan Agha, 30 mengutarakan kemarahan masyarakat atas jatuhnya para korban sipil dan mendukung penarikan pasukan asing.

"Sejak pasukan Amerika Serikat dan sekutu-sekutu mereka datang ke Afghanistan, situasi keamanan negara kami memburuk dan mereka juga terlibat dalam pembunuhan penduduk sipil yang tidak bersalah," katanya.

Keamanan ditingkatkan di Kabul setelah serangkaian serangan besar termasuk pembunuhan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani, yang merusak strategi pemerintah bagi perundingan perdamaian dengan Taliban.

"Keamanan lebih diperketat, pemeriksaan diperluas. Polisi berada dalam siaga tinggi," kata seorang pejabat senior pemerintah Afghanistan kepada AFP.

Sekitar 200 warga Afghanistan menuntut penarikan pasukan asing dan meneriakkan slogan-slogan anti-AS dalam satu protes di Kabul, Kamis (6/10/2011) malam menjelang ulang tahun tu.

Mereka meneriakkan "ganyang Amerika dan boneka-boneka Afghanistannya" dan membakar satu bendera AS pada akhir unjuk rasa mereka melalui pusat kota itu, kata seorang warawan AFP di lokasi itu.

Perang itu dilakukan untuk menggulingkan pemerintah Taliban karena menampung Osama bn Laden yang dituduh terlibat dalam serangan 11 September 2001 di AS, dan menghancurkan kamp-kamp latihan Al Qaida di Afghanistan.

Pada 7 Oktober 2001, persis sebula setelah serangan 11 September itu, pesawat-pesawat AS menjatuhkan puluhan rudal jelajah dan bom-bom yang dikendalikan laser ke sasaran-sasaran strategis di Kabul dan kota-kota lain Afghanistan.

Serangan itu diikuti dengan satu operasi di darat yang mengalahkan gerilyawan Taliban hanya dalam beberapa pekan. Taliban kemudian melarikan diri ke tempat-tempat persembunyian di Afghanistan dan Pakistan selama beberapa tahun tidak melakukan aktivitas, akibat invasi pasukan pimpinan AS itu.

Perhatian AS kemudian beralih pada perang di Irak, tetapi aksi kekerasan meletus kembali di Afghanistan sekitar tahun 2007 dan 2008, yang memicu penambahan pasukan di negara itu untuk memerangi Taliban.

Saat pasukan itu mulai mundur menjelang tahun 2014, Taliban meningkatkan aksi mereka dengan melancarkaan serangan-serangan terhadap pasukan asing serta militer dan para pejabat Afghanistan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com