Contohnya, peringatan level tiga atau Typhoon no. 3. Pada derajat itu, anak-anak setingkat taman kanak-kanak akan diliburkan dari sekolah saat itu. Kemudian, pada level 8, seluruh sekolah diliburkan.
Kebetulan, saat Novita merasakan angin sepoi-sepoi, peringatan topan baru berada di level 1. Peringatan itu diperoleh dari siaran-siaran radio, televisi, maupun internet. "Ternyata, warga memang dianjurkan untuk selalu memantau peringatan pemerintah," tulis Novita.
Betul saja, Rabu malam harinya, sekitar pukul 07.00, angin terdengar mulai kencang. Dari lantai 26 tadi, angin terdengar makin keras. Makin larut malam, suara angin terdengar bertambah keras dan keras sekali. "Mengerikan deh suara anginnya!" tulis Novita.
Ternyata, lanjut Novita, pada Kamis (29/9/2011), pukul 06.00, peringatan sudah mencapai level 8 atau Typhoon no. 8. "Ternyata, semalaman tadi, peringatan naik cepat hingga ke level 8," lanjut Novita.
Ia pun masih ingat saat-saat yang terkesan mendebarkan. "Suara angin benar benar keras seperti orang meneriakkan ‘huuuuuuuuiiiiiiiiuuuuuuuuuuu’," tulisnya.
Saya lihat ke bawah dari jendela. Pantai Repulse Bay dengan air bergelombang tertiup kencangnya angin. Jalan raya sepi sekali. Tampaknya, semua orang berlindung di dalam rumah masing-masing.
Dari jendela apartemen yang menghadap ke pantai, hujan angin terlihat kencang sekali. Sementara, dari sisi lain dari jendela dapur, Novita melihat tiupan angin sangat kencang membuat pohon-pohon hutan konservasi bergoyang kencang sekali. "Kelihatan seakan mau tercabut dari tanah. Di luar sana pasti ada pohon tumbang," tulis Novita.
Alhasil, seharian ini, Novita mengaku tidak keluar apartemen. Soalnya memang, angin masih terasa kencang disertai hujan juga. Jalanan masih kelihatan sepi sampai jam 5 sore ini. Jam 3 sore ini peringatan diturunkan menjadi Typhoon no. 3. Syukurlah mudah-mudahan badai cepat berlalu, dan kegiatan bisa menjadi normal kembali.