Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuju Kelumpuhan yang Kian Berbahaya

Kompas.com - 26/09/2011, 03:04 WIB

Usulan agar Palestina merdeka dan menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa telah diserahkan Presiden Mahmoud Abbas pada sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Jumat (23/9). Belum diketahui apakah proposal Palestina kelak disetujui atau tidak.

Abbas mengajukan keanggotaan Palestina di PBB sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, meliputi Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem timur. Tiga wilayah itu diokupasi Israel pada 1976. Israel telah menjejalinya dengan permukiman berpenghuni 0,5 juta orang di antara 4 juta warga Palestina.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kini diibaratkan sebagai dua kutub yang tolak-menolak. Tampil agresif saat berpidato di PBB, Abbas dan Netanyahu saling mengunci dan hal itu menghambat perdamaian serta memicu konfrontasi.

Setelah proposal untuk kemerdekaan Palestina diserahkan Jumat lalu, Abbas bergerilya dengan fokus pada pengumpulan dukungan internasional. Tujuannya adalah agar mayoritas negara di dunia bisa menekan dan mengisolasi Israel serta kembali berpijak pada batas wilayah tahun 1967.

Sabtu (24/9), Abbas bersikeras takkan kembali berunding langsung, seperti diusulkan Israel dan AS, kecuali proyek permukiman Israel segera dihentikan dan sebagai titik awal perundingan, pembicaraan harus berpijak pada tapal batas yang berlaku sebelum 1967.

Sementara Netanyahu menegaskan, ”Tak ada jalan pintas untuk memperoleh kemerdekaan.” Dia mengatakan, kemerdekaan Palestina hanya bisa diperoleh melalui perundingan dengan Israel. Netanyahu tidak memberikan tanda-tanda bahwa dia akan mempertimbangkan usulan Abbas. Sebaliknya, dia tegaskan, Palestina harus mengakui kemerdekaan Israel sebagai negara Yahudi.

Tampaknya mimpi Palestina bakal tidak terwujud. Selain karena dukungan tidak memadai, juga terhambat hak veto AS. Ada sedikit harapan bahwa Majelis Umum PBB akan membantu mereka mendapatkan akses ke badan-badan dunia PBB serta pengadilan internasional. Tujuannya adalah untuk ”Menekan Israel melalui semua badan PBB,” kata Nabil Shaath, pembantu dekat Abbas.

Meski kesenjangan meluas, mediator internasional tidak menawarkan proposal guna menjembatani perbedaan pandangan antara Abbas dan Netanyahu. Mediator justru hanya mengusulkan agar segera dimulai lagi perundingan damai antara Israel dan Palestina dalam waktu sekitar satu tahun ini.

Warga Palestina menilai, pembicaraan dengan Netanyahu bakal sia-sia. Sebab, pembicaraan damai dengan Israel selama ini tidak pernah menguntungkan, bahkan cenderung merugikan Palestina. Kini, kesenjangan itu kian berbahaya. (AP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com