Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dia Calon Presiden Perempuan Pertama Mesir

Kompas.com - 14/09/2011, 15:54 WIB

DALAM suatu aksi protes di Lapangan Tahrir, Kairo, sebulan Presiden Hosni Mubarak tumbang, Bothaina Kamel melihat sebuah slogan yang mendukung perempuan menjadi presiden Mesir. Dia berkata, sebagaimana dilansir CNN, Selasa (13/9/2011), "Saat melihat itu, saya berpikir, kami seharusnya tidak hanya akan mengatakan itu, kami harus mewujudkannya dalam praktek."

Kamel tidak harus menunggu orang lain untuk mewujudkan pikiran itu. Sebulan kemudian, ia mengumumkan dirinya sebagai calon presiden perempuan pertama Mesir untuk pemilu yang dijadwalkan akan diselenggarakan awal tahun depan. Kamel, 49 tahun, bukan sosok baru di panggung Mesir. Dia presenter televisi dan aktivis politik yang pernah mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pembaca berita di televisi negara hanya karena dia tidak percaya dengan berita yang sedang dibacanya.

CNN melaporkan Kamel itu outsider bagi kandidat kelas berat semcam Mohamed ElBaradei, mantan kepala Badan Energi Atom Internasional, dan Amr Moussa, mantan sekretaris jenderal Liga Arab. Namun Kamel yakin, kampanyenya mendapatkan momentum. Meski tanggal pemilihan umum belum ditetapkan, Kamel sudah keluar masuk pelosok Mesir dalam upaya untuk menggapai orang-orang yang dia katakan telah terlupakan oleh para elite politik di Kairo.

Dia mengaku tidak punya dana seperti para kandidat utama, atau rombongan pengawal. Namun dia menyatakan punya pendukung tentara yang bersemangat mengikuti pertemuannya di mana mana pun dia pergi. "Sejak saya mengumumkan pencalonan saya, kami telah memperoleh banyak," katanya. "Kami telah bergerak ke desa-desa dan membawa revolusi ke seluruh Mesir, bukan hanya ke kota-kota besar."

Menurut laporan CNN, Kamel menggambarkan dirinya sebagai seorang sosial demokrat. Ia menjadikan hal itu sebagai misinya untuk mendengarkan keluhan dari kaum minoritas. Dia mengatakan, "Saya berjanji, melalui pemilu saya akan menjadi kandidat yang paling terinformasi tentang rakyat Mesir. Saya tahu tuntutan orang Bedouin, warga Mesir Atas yang berada di dua sisi lembah sungai Nil, kaum Kristen Koptik, kaum buruh dan kelompok-kelompok yang berbeda dari semua lapisan negeri ini."

Kamel yakin, upaya kerasnya akan terbayarkan dan dirinya akan diterima sebagai kandidat perempuan. Dia mengatakan, "Pertamakali orang kaget, dan setelah itu mereka menganggap remeh, tapi sekarang mereka memandang saya lebih serius. Mereka mengatakan kepada saya, rakyat Mesir tidak dapat menerima presiden perempuan tetapi sekarang mereka menerima saya. Stereotip orang Mesir adalah, mereka tidak akan memilih seorang perempuan, tetapi mereka akan memilih seseorang yang dapat membantu mereka. Jika saya siap membantu, mereka akan memilih saya. Rakyat sangat praktis."

Karier Kamel di radio dan televisi dimulai begitu ia lulus dari Universitas Kairo, di mana ia aktif dalam politik mahasiswa. Selama enam tahun, ia menjadi host acara larut malam  yang bertajuk "Pengakuan Malam" di sebuah radio sebelum acara itu tiba-tiba dihentikan tahun 1998. Dia lalu melanjutkan karier dengan menjadi host sebuah acara televisi yang disebut "Argook Efhamni" atau "Tolong Pahami Saya" untuk jaringan milik Saudi, Orbit, selama 10 tahun, sebelum acara itu juga dihentikan pada awal tahun ini.

Pada 2005, Kamel dan dua perempuan temannya mendirikan sebuah gerakan yang disebut "Shayfeen," atau "Kami Menonton Anda". Gerakan itu bertujuan untuk mengamati pemilu multi-partai pertama Mesir. Mereka membuat sebuah film dokumenter tentang usaha itu. Sekarang dia menyusun sebuah film dokumenter dengan nama yang sama untuk mendokumentasikan pengalamannya saat kampanye. Maka, kemana-mana dia ditemani seorang kameramen.

Slogan kampanye Kamel, "Mesir Adalah Agenda Saya", berasal dari pengalamannya selama 18 hari revolusi Mesir pada Januari dan Februari tahun ini. "Ketika kami berada di Lapangan Tahrir, media resmi mengatakan, kami bagian dari agenda asing. Karena itulah, saya memilih slogan 'Mesir Adalah Agenda Saya.'"

Menurut Kamel, revolusi Mesir itu merupakan pekerjaan yang sedang berlangsung, malah baru mulau. Ia vokal mengeritik pemerintah sementara Mesir, Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata. Dia mengatakan, "Saya tahu, kami baru saja memulai sebuah revolusi, kami belum membuat revolusi. Ada banyak yang harus dilakukan. Masih ada kemungkinan, kami akan melihat pertumpahan darah, seperti di Libya dan Suriah karena dewan militer ingin tetap bercokol dan mencoba untuk membunuh revolusi. Dan, salah satu skema terkotor adalah untuk menempatkan rakyat Mesir dalam keadaan tidak berdaya secara ekonomi."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com