Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakistan Tangkap Pemimpin Senior Al Qaeda

Kompas.com - 06/09/2011, 01:53 WIB

ISLAMABAD, KOMPAS.com — Seorang pemimpin senior Al Qaeda yang diyakini bertanggung jawab atas rencana serangan-serangan di AS, Eropa, dan Australia, ditangkap di Pakistan. Demikian pengumuman yang dikeluarkan pihak militer, Senin (5/9/2011).

Younis al-Mauritani ditangkap di daerah pinggiran kota Quetta, Pakistan barat daya, bersama dua tokoh tingkat tinggi lain, setelah badan-badan intelijen AS dan Pakistan bekerja sama, yang mengisyaratkan perbaikan dalam hubungan mereka.

Penangkapan tersebut merupakan pukulan lain terhadap jaringan teror global itu, empat bulan setelah pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden tewas dalam serangan pasukan AS di Pakistan, yang membuat hubungan antara kedua negara sekutu itu memburuk.

"Dalam operasi Badan Intelijen Pakistan yang bekerja sama dengan Korps Perbatasan Baluchistan, seorang pemimpin senior Al Qaeda, Younis al-Mauritani, yang terutama bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan operasi internasional, ditangkap," kata militer Pakistan dalam sebuah pernyataan.

Mereka mengidentifikasi kedua tokoh senior lain yang ditangkap sebagai Abdul Ghaffar al-Shami dan Messara al-Shami.

Militer memuji kerja sama antara Badan Intelijen AS (CIA) dan Badan Intelijen Pakistan dalam penangkapan ketiga tokoh militan itu, yang beritanya disampaikan hanya beberapa hari menjelang peringatan tahun ke-10 serangan 11 September di AS.

"Operasi ini direncanakan dan dilaksanakan dengan bantuan teknis Badan Intelijen AS, yang memiliki hubungan intelijen yang kuat, bersejarah, dengan Badan Intelijen Pakistan," kata militer Pakistan.

Pernyataan itu tidak menyebutkan kapan penangkapan-penangkapan tersebut berlangsung. Menurut dua pejabat keamanan di Quetta, Baluchistan, kepada AFP, ketiga orang itu ditangkap pada awal pekan lalu dalam operasi larut malam di daerah pinggiran Satellite bersama dua orang Pakistan.

Al-Mauritani, kata militer Pakistan, diperintahkan oleh Osama untuk memusatkan perhatian pada sasaran-sasaran ekonomi di AS, Eropa, dan Australia.

Tujuh daerah suku semi-otonomi Pakistan yang berbatasan dengan Afganistan dilanda kekerasan di dalam negeri, dan juga menjadi markas Taliban Afganistan dan militan yang terkait dengan Al Qaeda. AS menyebut kawasan suku Pakistan sebagai markas global Al Qaeda dan salah satu tempat paling berbahaya di Bumi.

Pejabat-pejabat AS mengatakan, pesawat tak berawak merupakan senjata sangat efektif untuk menyerang kelompok militan. Namun, korban sipil yang berjatuhan dalam serangan-serangan itu telah membuat marah penduduk Pakistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah barat laut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afganistan.

Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan lebih dari 20 serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh Osama dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei.

Penyerbuan AS terhadap tempat Osama itu telah membuat malu dan marah militer Pakistan serta menambah ketegangan antara kedua negara tersebut.

Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sedangkan Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teroris.

Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan. Pasalnya, persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan kepada militan di sepanjang perbatasan dengan Afganistan, dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com