Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Pemberontak Libya Tetap Bersatu?

Kompas.com - 24/08/2011, 09:58 WIB

LONDON, KOMPAS.com -  Para pemberontak Libya yang telah mengusai benteng terakhir Moammar Khadafy di Tripoli bukanlah kesatuan yang solid. Aliran dan kepentingan mereka yang bergabung dalam Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya beragam. Faktor Khadafy, yang jadi musuh bersama, merupakan unsur pemersatu.

Dengan tersingkirnya Khadafy, meski kekuatannya belum benar-benar lumpuh, kekhawatiran tentang perpecahan dalam kepemimpinan para pemberontak meningkat. Para diplomat Inggris, Selasa (23/8/2011) malam, berdiskusi tentang apakah Dewan Transisi Nasiona Libya dapat mencegah perang sipil, pasca kejatuhan Khadafy.

Lebih dari 30 negara, termasuk Inggris dan Perancis, telah mengakui NTC sebagai pemerintah Libya yang sah.  Namun para menteri Inggris, sebagaimana dilansir Daily Mail,  sangat prihatin tentang kemampuan para pemimpin pemberontak untuk mengawasi transisi damai menuju demokrasi setelah Kolonel Moammar Khadafy tumbang.

Sejumlah laporan kemarin memperkirakan, Dewan Transisi terbelah dalam pertikaian saat peluang untuk berkuasa mendekat. Ketakuatan di London, Paris, dan Washington adalah bahwa kepemimpinan darurat mungkin tidak cukup efektif mencegah kejatuhan model Irak yang kemudian berkembang jadi kekacauan, yang bisa mendorong mimpi buruk pengerahan pasukan Barat untuk menjaga perdamaian. Pemerintah Inggris cemas pasukan pemberontak akan terlibat dalam pembalasan berdarah terhadap para pendukung Khadafy.

Seorang jurubicara pemerintah Inggris mengatakan, kontrol atas kelompok-kelompok yang berbeda yang ada dalam tubuh pemberontak merupakan 'salah satu tantangan utama NTC'.

Sejumlah komentator khawatir, pemberontakan yang berujung pada kejatuhan Khadafy itu dapat memberi kesempatan bagi kaum fundamentalis Islam dan simpatisan Al Qaeda untuk membangun pijakan kuat di negara Afrika Utara tersebut.

Dewan Transisi Nasional Libya dibentuk 27 Februari 2011 untuk mewakili wajah politik kaum oposisi. Ketuanya Mustafa Abdel Jalil, mantan menteri peradilan yang mundur pada Februari karena keberatan atas kekerasan yang dilancarkan rejim Khadafy. Anggotanya lainnya yaitu Mahmoud Jibril yang menjabat sebagai perdana menteri dan ketua dewan eksektif NTC. Ia sebelumnya pejabat tinggi bidang pembangunan rejim Khadafy. Duduk sebagai menteri keuangan adalah Ali Tarhouni. Ia sebelumnya berada di pengasingan dan kembali ke Libya untuk membantu oposisi. Lalu ada Shokri Ghanem, mantan menteri perminyakan dan perdana menteri rejim Khadafy. Satu lagi adalah Moussa Koussa, mantan menteri luar negeri dan kepala intelijen Khadafy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com