”Mereka datang pagi-pagi sekali dan langsung menembak ke arah warga sipil. Akibatnya, 45 orang tewas dan korban luka jauh lebih banyak,” ujar aktivis hak asasi manusia Rami Abdel Rahman lewat telepon.
Tidak hanya itu, Rahman menyebut serangan serupa terjadi di dua kota lain. Serangan mematikan itu juga mengakibatkan banyak korban tewas dan luka.
Sedikitnya 6 orang tewas dan 50 orang terluka saat militer menyerang di kota Deir Ezzor. Sementara itu, di kota Harak sedikitnya tiga orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
Baik Hama maupun Deir Ezzor selama ini dikenal sebagai lokasi pusat perlawanan dan pergerakan massa pengunjuk rasa prodemokrasi Suriah, yang berawal pada pertengahan Maret lalu.
Kota Hama dikenal punya masa lalu perlawanan yang ”berdarah-darah”. Pada tahun 1982, Presiden Havez al-Assad, yang merupakan ayah presiden Suriah sekarang, Bashar al-Assad, memerintahkan militernya membunuh sedikitnya 20.000 pengunjuk rasa penentang pemerintahannya.
Setelah aksi unjuk rasa meningkat, Presiden Bashar al-Assad kemudian mengganti gubernur kota Deir Ezzor. Kala itu, jumlah pemrotes diketahui mencapai 500.000 orang. Mereka sama-sama bersuara kencang mendesak pergantian rezim.
Pada 6 Juli juga dilaporkan, militer Suriah membunuh sedikitnya 20 orang sipil di kota Hama. Insiden itu memicu reaksi Amerika Serikat, yang mendesak pemerintahan Suriah menarik militernya dari kota itu.
Namun, Sabtu lalu militer kembali menembak mati tiga pengunjuk rasa, yang beberapa saat sebelumnya menyerang konvoi mereka dengan lemparan batu. Saat itu, konvoi militer tengah bergerak menuju Deir Ezzor untuk meredam aksi unjuk rasa di wilayah itu.