Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puasa di Rusia, Ampun Deh Lamanya...

Kompas.com - 27/07/2011, 17:27 WIB

Jangan lupa, Rusia bukanlah negara paling ujung dunia. Di sebelah utaranya masih ada Denmark, Findlandia, Norwegia dan lainnya. Di negeri-negeri tersebut pada musim panas mahatari bercokol lebih lama alias puasa menjadi makin panjang. Bisa jadi, pada puncak musim panas, puasa mencapai 20-22 jam dalam sehari.

Inilah sebuah masalah praktek keagamaan yang sering menjadi perdebatan banyak orang. Apakah puasa hanya mendasarkan pada hitungan matahari, ataukah juga mengikuti ukuran-ukuran kesehatan manusia. Apabila puasa itu dimaksudkan agar terjadi proses kesehatan dalam tubuh manusia, apakah dengan berpuasa lebih dari tiga perempat hari masih masuk dalam katagori menyehatkan? Padahal dalam sebuah firmanNya, Tuhan mengatakan tidak akan memberi beban manusia diluar kemampuannya.

Persoalan diatas rupanya tidak sempat secara khusus dibahas oleh para ahli fiqih klasik. Mereka belum secara rinci melihat berbagai kemungkinan puasa di titik-titik ekstrim dunia. Agama Islam yang diturunkan di negeri Arab dan banyak berkembang di wilayah tropis memang tidak mendatangkan masalah besar terkait dengan perubahan waktu puasa.

Justru para kyai di zaman modern saat ini mulai memberikan fatwa tentang soal puasa di titik ekstrem. Menurut sebagian ulama yang memahami bahwa ayat puasa senantiasa dikaitkan dengan matahari, maka puasa dimanapun harus berdasarkan terbit dan tenggelamnya sang surya. Berapa lamanya puasa ditentukan oleh mencorongnya matahari. "Wajib berpuasa dalam masa tersebut, kecuali tidak mampu," ujar mereka.

Apabila ajaran ini dilaksanakan, maka setiap muslim mau tidak mau harus berpuasa sangat lama, pada kisaran 20 jam. Atau hanya mengalami istirahat puasa dalam jangka yang sangat pendek, yakni rata-rata 3 jam saja perhari. Dibanding muslim di tempat lain, maka keadilan puasa panjang tersebut adalah manakala puasa datang pada musim dingin, 20 tahun kemudian. Saat itu akan ada kompensasi berupa puasa menjadi sangat pendek, yakni pada kisaran 9 jam saja.

Ada juga ulama yang berpendapat, sekiranya tidak mampu menjalani puasa panjang seperti di Rusia saat ini, maka mereka bisa mengacu pada waktu puasa di Mekkah. Waktu mulai dan buka puasanya disamakan dengan di kota Mekkah. Di sisi lain, ada juga ulama yang berpendapat bahwa mereka bisa mengikuti waktu negara dimana paling lama ditinggali. orang yang lama tinggal di Jakarta akan berpedoman dengan waktu puasa di Jakarta.

Bagi kebanyakan muslim Rusia, puasa panjang sudah merupakan sebuah fenomena alam yang jamak. Tidak ada yang aneh lagi. Menurut beberapa ulama setempat, hal ini merupakan tantangan iman bagi mereka. Kalau iman kuat, maka puasa panjang tidak akan pernah menjadi masalah sebab masih jauh lebih enteng dibanding perjuangan Nabi Muhammad SAW ketika menyebarkan Islam pertama kali.

Meskipun begitu, para muallaf di Rusia banyak juga yang tidak menjalankan puasa. Seorang pekerja bangunan di apartemen saya misalnya, menyatakan tidak menjalankan puasa pada waktu musim panas. "Dengan pekerjaan saya seperti ini, maka jujur saja saya tidak mampu menjalaninya. Semoga Tuhan memaklumi," ujarnya.

Sementara itu Abudullah, seorang muslim asal Indonesia yang sudah lama menjadi staf KBRI Moskwa lain lagi ceritanya. Baginya yang penting adalah usaha maksimal dalam menjalankan ibadah puasa. Diatas itu maka hanya Tuhan yang bisa memahami dan mamaklumi. "Saya akan penuhi semua ketentuan waktu sesuai dengan kalender matahari sampai saya benar-benar tidak mampu menjalaninya," tegasnya penuh keyakinan.

Nah, kalau Anda sedang melancong ke Rusia pada bulan Ramadan di musim panas seperti saat ini, kira-kira memilih aliran puasa yang mana? (M. Aji Surya adalah diplomat Indonesia pada KBRI Moskwa, ajimoscovic@gmail.com)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com