Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istri Taat Suami

Kompas.com - 03/07/2011, 05:05 WIB

Wejangan demikian sekaligus mendidik sebagian laki-laki untuk tidak berefleksi, bila ada masalah sibuk menyalahkan pihak lain (perempuan), dan kehilangan sisi kemanusiaan yang peduli dan welas asih, terutama kepada istri sendiri. Ketika ada KDRT, sering yang dipersalahkan adalah istri, misalnya karena berbicara kasar kepada suami, tanpa ditelaah mengapa sampai demikian, dan bagaimana dengan pemenuhan kewajiban suami terhadap istri? 

Dalam kenyataan keseharian, tentu ada istri yang tidak memberikan dukungan kepada suami dan bersikap kasar, sementara suami lebih menunjukkan kasih sayang. Sama seperti sikap kasar dan semena-mena dari suami tidak dapat diterima, demikian pula bila itu ditampilkan istri. Yang perlu diadvokasikan adalah kesetaraan dan kerja sama yang adil dan tulus: saling dukung dan saling hormat antara perempuan dan laki-laki, bukan hanya satu arah dari satu pihak ke pihak lainnya. Pembakuan peran tidak perlu dipaksakan dari luar, suami-istri itu sendiri dapat mendiskusikan yang dianggap paling baik bagi semua, bukan salah satu pihak saja. 

Untungnya, cukup banyak dari kita yang masih dapat berpikir dengan pikiran yang sejernih-jernihnya: masa Tuhan menganjurkan berbagai nilai dan praktik ketidakadilan? Bukankah perempuan dan laki-laki sama-sama manusia, yang sejak lahir telah membawa hak-hak dasar dan martabat kemanusiaannya? 

Maka, laki-laki yang menghormati dirinya sendiri sebagai manusia bermartabat, dan menghormati perempuan sebagai sesama manusia yang juga bermartabat, malah malu dengan anjuran ketaatan total istri kepada suami. Memangnya laki-laki itu makhluk egois yang cuma sibuk memikirkan kepentingan dan kekuasaannya sendiri, tidak mampu menghormati pihak lain dan tidak punya kepedulian? Dan senang bila istrinya menderita karena harus bekerja keras melayaninya dan ia ongkang-ongkang kaki saja?

Jauh lebih baik 

Di dunia pendidikan sekarang kita mengamati betapa murid perempuan menunjukkan prestasi lebih baik daripada murid laki-laki. Saya tidak mengatakan perempuan lebih pandai daripada laki-laki, ada banyak dugaan penjelasan yang sulit untuk diurai dalam tulisan pendek ini. Yang ingin disampaikan, perempuan telah bekerja keras untuk memperoleh pendidikan profesional, dengan biaya sendiri ataupun beasiswa, jadi sangat tidak adil dan merupakan pemborosan besar negara bila perempuan dibatasi partisipasinya, dihambat aktualisasi potensi dan kemampuannya. 

Korupsi, kemiskinan, pornografi, meluasnya adiksi napza tidak ada hubungan dengan ketidaktaatan istri. Mengajarkan ketaatan satu arah dari istri kepada suami untuk mengobati persoalan sosial sangat jauh panggang dari api: maksudnya, benar-benar menyederhanakan persoalan, salah arah dan merupakan pembodohan.

Di era di mana negara-negara harus bersaing di tingkat global untuk dapat mempertahankan eksistensinya, justru partisipasi optimal dan kerja sama yang adil dan saling menghormati dari perempuan dan laki-laki menjadi prasyarat utama yang dapat menjamin pemajuan bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com