Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Desak China Jelaskan Klaim

Kompas.com - 21/06/2011, 03:49 WIB

SINGAPURA, SENIN - Walau bukan menjadi salah satu negara yang bersengketa di Laut China Selatan, Pemerintah Singapura mendesak China segera menjelaskan klaimnya di wilayah itu demi menghindari terus terjadinya ambiguitas, yang berujung memicu ketegangan di kawasan.

Desakan itu disampaikan Kementerian Luar Negeri Singapura, Senin (20/6), dalam pernyataan tertulis menyusul semakin memanasnya konfrontasi antara China dan sejumlah negara pengklaim, seperti Filipina dan Vietnam, dalam beberapa pekan terakhir.

Dilaporkan pula, kapal patroli maritim sipil terbesar milik China, Haixun 31, berlabuh di Singapura setelah berangkat dari China, Rabu pekan lalu. Dalam perjalanannya, kapal itu melewati perairan di sekitar Kepulauan Paracel dan Spraty, yang menjadi sumber sengketa Laut China Selatan.

”Kami pikir adalah kepentingan China untuk mengklarifikasi klaim mereka di Laut China Selatan agar lebih jelas dan tidak menciptakan kondisi ambigu seperti terjadi sekarang. Kondisi itu memicu kekhawatiran serius di kalangan komunitas maritim internasional. Kami sangat berkepentingan atas adanya jaminan kemerdekaan navigasi,” papar Kemlu Singapura.

Keberadaan dan pergerakan kapal tersebut sempat menambah ketegangan menyusul protes Filipina dan Vietnam. Terkait kehadiran Haixun 31 di pelabuhannya, Kemlu Singapura menilai hal itu tidak lebih dari sekadar kunjungan rutin, apalagi mengingat pelabuhan negaranya bisa didatangi dan dilabuhi kapal dari negara mana pun.

Tak memihak

Sebagai negara bukan pengklaim (non-claimant state), Singapura menyebutkan, pihaknya tak memihak siapa pun dalam sengketa yang melibatkan negara-negara sesama anggota ASEAN itu. Pihak Kemlu Singapura hanya menyebutkan, sebagai negara kecil yang mengandalkan hidup dari sektor jasa dan perdagangan, masalah di Laut China Selatan akan sangat berpengaruh terhadap kepentingan mereka.

Perairan Laut China Selatan diklaim sejumlah negara. China berebut Kepulauan Spratly dengan Brunei, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan. Sementara itu, Kepulauan Paracel diklaim oleh China dan Vietnam.

China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan dengan menerbitkan peta yang memberi tanda sembilan garis putus-putus di seputar wilayah perairan itu sejak 1947. Meski demikian, China tidak pernah secara terbuka menyatakan detail klaimnya tersebut.

Pada tahun 1976 Pemerintah China secara paksa mengambil alih dan menguasai Kepulauan Paracel dari Vietnam. Kepulauan itu berada di sebelah utara Kepulauan Spratly. Keduanya sama-sama diyakini kaya akan sumber daya alam gas dan minyak bumi.

Makin tegang

Sengketa dan perseteruan antarnegara pengklaim semakin ramai dengan aksi saling unjuk kebolehan dan kemampuan. Vietnam pekan lalu menggelar latihan perang dengan amunisi tajam selama beberapa jam di perairan itu.

Bulan depan, Vietnam dijadwalkan akan kembali berlatih perang, kali ini bersama Angkatan Laut Amerika Serikat. Seolah tidak mau kalah, militer China juga telah mengumumkan rencana rangkaian latihan perang lepas pantainya.

Tahun 1988, Vietnam dan China berperang di lautan memperebutkan gugusan batu karang Johnson (Johnson Reef). Dalam peperangan itu sebanyak 70 prajurit Angkatan Laut Vietnam tewas. Sengketa perbatasan yang memicu perang besar juga terjadi di perbatasan darat kedua negara pada tahun 1979 dan 1984.

Dari Hanoi dilaporkan, demonstrasi anti-China kembali digelar untuk ketiga kali berturut-turut, Minggu (19/6), setelah rakyat Vietnam mengetahui China mengirim Haixun 31. Sekitar 40 orang menyerukan berbagai slogan perlawanan terhadap China di sebuah taman di seberang Kedutaan Besar China di ibu kota Vietnam itu.

”Selama bertahun-tahun kami telah berpengalaman mempertahankan negara kami, melawan bangsa Mongol, Dinasti Qing, Perancis, Amerika, dan China. Jika masih ada yang ingin menyerang, kami semua akan bangkit untuk membela ibu pertiwi,” kata Dang Bich Phuong, salah seorang demonstran.

(AFP/AP/Reuters/BBC/ STRAIT TIMES/ THE AUSTRALIAN/DWA/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com