Pemerintah Korut justru balik memperingatkan seterunya itu untuk segera menghentikan sikap bermusuhan, yang memang kerap diperlihatkan Korsel selama ini.
Langkah itu menurut Korut penting untuk mencegah kemungkinan perang. Selama ini Korsel dinilai lebih mengedepankan pendekatan konfrontatif.
Pernyataan itu disampaikan oleh salah seorang pejabat senior Korut dalam sebuah wawancara televisi setelah memperingati konferensi tingkat tinggi antarkedua pemimpin Korut, yang digelar tahun 2000 lalu.
”Setiap konfrontasi hanya akan berakhir dengan peperangan. Perang hanya akan mendatangkan penderitaan bagi seluruh rakyat Korea. Dengan begitu mereka (Korsel) harus segera mengubah pendekatan konfrontatif seperti itu,” ujar Min Gum Song dari Komite Reunifikasi Damai Korea.
Lebih lanjut Min menyatakan, Korut bersedia bekerja sama dengan siapa saja yang peduli dengan masa depan rakyat Korea. Dengan begitu dia menegaskan, nasib reunifikasi kedua Korea bergantung sepenuhnya pada kebijakan Korsel.
Namun, dalam rapat nasional Partai Pekerja Korut, salah seorang senior partai, Yang Hyong Sop, menyerukan semua pihak bersatu dan bersama-sama ”menghancurkan upaya jahat” Korsel untuk meningkatkan ketegangan kembali.
Kedua Korea secara teknis memang masih berperang. Pascaperang Korea tahun 1950-an keduanya hanya menandatangani persetujuan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai.
Sikap dan perilaku Korut sering kali sulit ditebak. Kadang sikap Korut begitu bermu-