Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasokan Daging Masih Aman

Kompas.com - 13/06/2011, 02:57 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah mengimbau masyarakat tidak khawatir terkait larangan ekspor sapi ke Indonesia oleh Australia. Alasannya, saat ini pemerintah terus bernegosiasi dengan Australia. Terkait dengan masalah ini, pemerintah menjamin pasokan daging menjelang Lebaran aman.

”Sembari menunggu hasil identifikasi rumah potong hewan serta bagaimana kebijakan lanjutannya, saya mengimbau masyarakat tak resah menghadapi hal ini, apalagi kecukupan daging sapi Hari Raya. Saya katakan, pasokan hingga Lebaran 2011 sangat cukup,” demikian disampaikan Wakil Menteri Pertanian RI Bayu Krisnamurthi saat ditemui di sela-sela World Economic Forum 2011 di Jakarta, Minggu (12/6).

Mengenai masalah kecukupan kebutuhan daging sapi pada Ramadhan dan Lebaran 2011, Bayu meminta masyarakat tidak khawatir karena stoknya sangat mencukupi. Berdasarkan data Kementerian Pertanian RI, saat ini ketersediaan sapi hidup dan daging sapi beku di dalam negeri masing-masing sebanyak 150.000 ekor dan 39.000 kilogram.

”Dengan mempertimbangkan volume rata-rata pemotongan sapi sebanyak 1,7 juta ekor per tahun, maka saya optimistis ketersediaan daging sapi sampai Lebaran masih berlebih,” katanya.

Sementara itu, Bayu menjelaskan, identifikasi rumah potong hewan (RPH) akan dilaksanakan bersama-sama oleh RI dan Australia di sejumlah tempat di Indonesia. Mengenai lokasinya, Bayu enggan menjelaskan karena publikasinya bersifat terbatas.

”Tapi yang pasti, proses identifikasi akan berlangsung dalam pekan ini, atau pertengahan Juni 2011. Setelah itu, tinggal dilihat saja bagaimana perkembangannya,” kata Bayu.

Bayu berpendapat, masalah larangan ekspor sapi oleh Australia ini sebenarnya tidak perlu ditanggapi secara berlebihan karena kebijakan Australia itu tidak jelas asasnya dan lebih bernuansa politis.

Menurut dia, dikatakan tidak jelas karena selama ini tidak ada aturan umum dan standardisasi soal bagaimana cara memotong sapi yang layak dan manusiawi. Lagi pula, 10 dari 12 RPH yang dianggap tidak layak tersebut ternyata RPH yang disurvei dan dianggap layak oleh pihak Australia.

”Jadi, menurut saya, landasan kebijakan Pemerintah Australia itu memang tidak jelas,” katanya.

Di tempat yang sama, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menambahkan, pihaknya juga akan bertemu dengan pihak Pemerintah Australia, yang dalam hal ini diwakili Menteri Luar Negeri Australia.

”Pertemuan ini rencananya berlangsung pekan ini, lokasi masih ditentukan. Sifatnya membangun negosiasi dengan Australia dan menentukan bagaimana yang terbaik untuk kedua belah pihak,” katanya.

Sementara itu, pemotongan sapi betina produktif lokal semakin tidak terkendali, diduga akibat penghentian sementara ekspor sapi bakalan dari Australia.

Menurut Ketua Asosiasi Petani Pedagang Ternak dan Ikan Kabupaten Sumedang Ali Husein Suryadi saat dihubungi, Minggu di Sumedang, Jawa Barat, sapi betina produktif banyak diminati karena harga jualnya jauh lebih murah.

Oleh karena harga jualnya lebih murah, maka rumah potong hewan saat ini banyak dipenuhi sapi betina produktif.

Meski demikian, Ali mengatakan, sejak kabar Australia menghentikan sementara ekspor sapi bakalan ke Indonesia muncul, dampaknya belum terasa di tingkat peternak. Saat ini harga karkas sapi lokal masih Rp 45.000 per kilogram. (ONI/MAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com