KOMPAS.com - IAEA memberikan catatan kepada Jepang soal pascagempa dan tsunami. Menurut warta AP dan AFP pada Selasa (1/6/2011), lembaga keamanan nuklir PBB itu menilai Jepang meremehkan risiko bahaya tsunami yang menghantam PLTN Fukusshima.
Kendati begitu, respon krisis nuklir yang terjadi pascagempa dan tsunami 11 Maret 2011 bisa dijadikan contoh. Tim IAEA ini juga mengatakan pusat respon darurat yang lebih "keras" dibutuhkan. Tak hanya itu, tim PBB ini juga mempelajari bagaimana serangkaian kebocoran yang terjadi di PLTN Fukushima Daiichi.
IAEA mengumpulkan laporan ini yang kemudian akan dipresentasikan dalam pertemuan internasional di Wina pada 20-24 Juni nanti. Ahli nuklir terkemuka dari Inggris Mike Weightman menjadi ketua tim termasuk sejumlah ahli lainnya dari Perancis, Rusia, China, dan AS.
Dijelaskan kalau kunci kegagalan. yang juga diakui Jepang adalah memperkirakan resiko tabrakan gelombang diatas papan 5,7 meter dan melumpuhkan generator cadangan. "Bahaya tsunami di beberapa lokasi diremehkan," demikian salah satu isi laporan tersebut.
"Perancang PLTN Nuklir dan operator semestinya mengevaluasi dengan baik dan menyediakan pengaman atas resiko dari semua bencana alam," imbuh laporan itu.
Laporan itu juga menyebutkan perlunya melanjutkan pengawasan kesehatan dan keamanan para pekerja. Bagian penting dari laporan ini adalah pentingnya pengatur independen di industri nuklir.