WASHINGTON, SELASA -
Paparan itu menurut PM Netanyahu dilakukan sebagai bentuk penolakan Israel terhadap pernyataan Gedung Putih sebelumnya, yang mendesak dan meminta Israel mengakui batas wilayah Palestina sebelum Perang Enam Hari tahun 1967.
Proposal itu disampaikan Presiden Barack Obama dalam pidato pada Minggu di depan Komite Hubungan Publik Amerika-Israel (AIPAC) di Washington.
Pada PM Netanyahu juga berpidato di depan forum dan tempat yang sama dengan Presiden Obama. Dalam kesempatan itu PM Netanyahu bersumpah tidak akan mundur dari wilayah perbatasan, yang menurut istilahnya ”tidak dapat dipertahankan”.
Dalam pidatonya, PM Netanyahu juga balik menyerang dan menyalahkan Palestina, yang menurutnya telah gagal dalam menyelesaikan konflik berusia puluhan tahun itu.
”Konflik ini sudah bergejolak selama hampir seabad. Semua itu hanya karena Palestina menolak segera mengakhirinya. Hal itu terjadi karena mereka menolak menerima keberadaan negara Yahudi,” ujarnya, diikuti gemuruh tepuk tangan dari 10.000-an pendukung setia Israel di AS yang hadir ketika itu.
PM Netanyahu menambahkan, Pemerintah Israel hanya bisa berdamai dengan Palestina jika pihak Palestina juga siap untuk berdamai dengan negara Yahudi.
Sebelumnya, proposal Presiden Obama dalam pidatonya pada Minggu telah membuat gerah dan berang pihak Israel dan juga kalangan Yahudi. Padahal, pidato Obama itu justru mengungkapkan sikap jelas Pemerintah AS untuk pertama kalinya tentang cara pandang mereka soal apa yang disebut dengan negara Palestina.
Jika mengikuti ”kemauan” Presiden Obama, Israel berarti harus melepaskan sejumlah wilayah pendudukannya selama ini, mulai dari jalur Gaza, kawasan tepi barat, hingga Jerusalem Timur.