Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Milisi Propresiden Sandera Diplomat

Kompas.com - 23/05/2011, 13:45 WIB

SANAA, KOMPAS.com — Bersenjatakan AK-47, pisau, dan pedang, ratusan pendukung Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh menyekap sejumlah diplomat asing di gedung Kedutaan Besar Uni Emirat Arab (UEA) di Sanaa, Minggu (22/5/2011).

Ketika itu duta besar Amerika Serikat (AS), Inggris, Uni Eropa, Arab Saudi, dan beberapa negara Teluk Arab lain berkumpul di Kedubes UEA untuk bersama-sama berangkat ke istana kepresidenan.

Mereka seharusnya menjadi saksi saat Presiden Yaman menandatangani surat persetujuan untuk menyerahkan jabatan dalam 30 hari. Selain presiden, beberapa pemimpin partai berkuasa juga harus menandatangi perjanjian itu.

Tiba-tiba ratusan orang bersenjata menyerbu gedung itu dan mengurung setiap orang di dalamnya. Mereka memblokade setiap akses masuk ke gedung tersebut.

Mereka juga menyerang konvoi yang membawa ketua tim mediasi, Abdullatif bin Rashid al-Zayani yang juga ketua Dewan Kerja Sama Teluk (Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC). Mereka memukuli mobil yang ditumpangi al-Zayani ketika mobil itu memasuki kompleks Kedubes UEA.

Beberapa jam kemudian helikopter militer Yaman membawa Dubes AS Gerald M. Feierstein dan al-Zayani ke istana presiden untuk menjadi saksi penandatangan itu. Dalam tayangan televisi pemerintah terlihat beberapa tokoh penting partai yang dipimpin Saleh menandatangani perjanjian. Namun Presiden Saleh menolak.

Saleh menegaskan, dia tidak akan menandatangi perjanjian kecuali perwakilan oposisi datang ke istananya untuk ikut tanda tangan di depan publik, bukannya 'di balik pintu'. "Bila tidak memenuhinya, mereka bakal menyeret negara ini ke dalam perang saudara. Dan mereka harus bertanggung jawab atas pertumpahan darah yang sudah dan akan terjadi karena kebodohan mereka," kata Saleh dalam pidatonya di televisi.

Sebelumnya Saleh yang sudah berkuasa selama 32 tahun menyetujui proposal yang mengharuskan dia mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden dalam waktu 30 hari.

Proposal itu dibuat GCC, yang terdiri atas enam anggota, yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, Qatar, dan Kuwait.

Dalam proposal tersebut, Saleh mendapat kompensasi berupa jaminan bahwa ia bersama seluruh kerabat dan pembantu terdekatnya tidak akan menghadapi tuntutan pengadilan.

Saleh juga diwajibkan membentuk pemerintahan persatuan nasional, yang melibatkan semua pihak di Yaman. Lembaga itu akan menggelar pemilu presiden selambat-lambatnya dua bulan setelah ia mundur.

Kegagalan mendesak Saleh mundur menimbulkan kekhawatiran baru. Sebab bila mediasi gagal, situasi politik dikhawatirkan terus memburuk, termasuk eskalasi konflik bersenjata antara para pendukung Saleh dan unit-unit militer yang bergabung dengan oposisi.   Minggu malam, suasana Sanaa kian mencekam. Massa dari kelompok oposisi dan pendukung pemerintah sama-sama turun ke jalan. Milisi dan tentara propemerintah menguasai jalan-jalan utama ibukota Yaman itu. Sementara ribuan demonstran anti-saleh berkumpul di perkemahan yang mereka dirikan di alun-alun Sanaa.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com