Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Opini Arab Terbelah

Kompas.com - 05/05/2011, 03:42 WIB

Dunia Arab saat ini terbelah antara membisu, kurang memberi perhatian, dan menangisi atas tewas tertembaknya pemimpin Tanzim Al Qaeda Osama bin Laden. Opini publik di kalangan masyarakat Arab pun kurang memberi respons atas berita tewasnya Osama itu.

Kubu Islamis Arab mengungkapkan kesedihannya dan mengkritik cara AS menghabisi Osama. Kubu Islamis menganggap Osama mati syahid.

Pemerintah diktator negara-negara Arab yang masih bertahan (Yaman, Suriah, Libya, Aljazair, Sudan, dan Mauritania) memilih tidak komentar karena posisinya yang serba sulit saat ini akibat revolusi rakyat yang berkobar di kawasan itu.

Sementara itu, pemerintah Arab yang luput dari terpaan revolusi, seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Lebanon, memandang tewasnya Osama sebagai positif, tetapi dianggap belum menjamin akan menghilangkan terorisme selama faktor-faktornya belum dikikis habis.

Dulu sebelum berkobar revolusi rakyat, para pemerintah Arab, AS, dan Barat berada dalam satu barisan, menganggap Osama bin Laden musuh bersama.

Pasca-berkobar revolusi rakyat yang menuntut hengkangnya para pemimpin diktator, isu Osama pun menjadi bagian dari masa lalu. AS dan Barat pun mencampakkan mitra lamanya (pemerintah diktator) dan merangkul mitra baru, revolusi rakyat. Itu yang membuat para pemerintah diktator membisu dan cenderung antipati terhadap berita aksi AS menewaskan Osama. Negara-negara Arab justru ketakutan akan aksi balasan simpatisan Osama.

Di samping itu, publik Arab menganggap isu Osama sudah merupakan isu masa lalu, di tengah geliat negara-negara Arab menuju era demokrasi.

Sejumlah pengamat Arab melihat, gaya perjuangan Osama bin Laden dan Tanzim Al Qaeda dalam jangka menengah dan panjang bisa surut alias tak laku lagi di dunia Arab dan Islam seiring menguatnya proses demokrasi. Menurut mereka, pola perjuangan ke depan harus melalui jalur politik, bukan lagi kekerasan.

Sebelum ini, sebagian opini memahami gaya perjuangan Tanzim Al Qaeda karena ketidak adilan dan kebuntuan politik di dunia Arab. Opini yang terus dibangun saat ini di dunia Arab adalah mendukung dan menyukseskan revolusi rakyat menumbangkan rezim diktator.

Revolusi rakyat yang akan melahirkan sistem politik demokratis itu dinilai merupakan jalan efektif mengikis habis berbagai bentuk aksi kekerasan dan menguburkan faksi-faksi radikal.

Keputusan Ikhwanul Muslimin di Mesir membentuk partai politik yang dinamakan Partai Keadilan dan Kebebasan dianggap contoh yang harus diikuti faksi-faksi Islamis di dunia Arab. Hal itu bisa terwujud berkat buah revolusi di Mesir.

Sementara itu, kubu Islamis di dunia Arab mengkritisi cara AS menghabisi Osama.

Salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin Mesir yang juga Ketua Partai Keadilan dan Kebebasan, Mohamed Mursi, mengatakan, seharusnya AS menangkap Osama dan kemudian mengadilinya atas segala perbuatannya, bukan membunuhnya, lalu membuangnya ke laut.

Juru bicara Ikhwanul Muslimin di Jordania, Jamil Abu Bakar, mengatakan, Ikhwanul Muslimin berbeda cara dan metode perjuangan dengan Osama, tetapi menghargai komitmen Osama melawan AS dan rezim-rezim diktator di Arab.

Menurut dia, solusi untuk mengakhiri aksi kekerasan di dunia Arab bukan dengan cara membunuh Osama atau pemimpin Al Qaeda lainnya, tetapi menghilangkan faktor-faktor yang melahirkan kekerasan itu.(Musthafa Abd Rahman)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com