Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Matahari Terbit dari Barat...

Kompas.com - 29/04/2011, 04:42 WIB

Baru setelah mereka tiba di Yaizu, 14 Maret 1954, dan semua kru dirujuk ke sebuah rumah sakit di Tokyo untuk perawatan penyakit radiasi akut, kisah mereka mulai tersebar. Harian Yomiuri Shimbun pertama kali menurunkan berita itu dua hari setelah kapal tiba di Yaizu.

Kontaminasi

Jepang, yang masih dicekam trauma tragedi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, pun geger. Pemeriksaan radiasi pun dilakukan secara lebih mendetail, dan terungkap bahwa material radioaktif tidak hanya mencemari kapal dan awaknya, tetapi juga seluruh tangkapan ikan tuna yang dibawa kapal itu.

Penyelidikan lebih lanjut menemukan, saat terjadi uji coba bom hidrogen tersebut, tidak hanya Daigo Fukuryu Maru yang berada di perairan Samudra Pasifik. Setidaknya terdapat 856 kapal nelayan Jepang yang turut terkena dampak ledakan bom itu. Sebanyak 485 ton ikan tuna tangkapan mereka juga dikhawatirkan terkontaminasi.

Masalah menjadi rumit karena ikan-ikan tuna ini sudah telanjur beredar di pasar. Kepanikan pun tersebar ke seluruh Jepang, negara yang sebagian besar warganya gemar menyantap hidangan ikan mentah. Otoritas Jepang melakukan operasi ke pasar-pasar ikan dan menguburkan secara massal ikan tuna yang terbukti terkontaminasi.

Pihak AS sendiri pada awalnya sempat membantah bahwa penyakit yang diderita awak kapal Daigo Fukuryu Maru adalah efek radiasi dari uji coba bom hidrogen di Atol Bikini.

Insiden Daigo Fukuryu Maru menyulut gerakan antisenjata nuklir di Jepang dan negara-negara lain. Namun, kasus ini akhirnya dianggap selesai setelah AS membayar ganti rugi sebesar 2 juta dollar AS kepada Pemerintah Jepang.

Dari 23 awak kapal itu, Kuboyama menderita sakit yang paling parah. Ia akhirnya meninggal pada 23 September tahun yang sama, meninggalkan seorang istri dan tiga anak gadis berusia 4, 6, dan 8 tahun.

Sebelum meninggal, Kuboyama meninggalkan pesan terakhir, ”Tolong pastikan bahwa aku adalah korban terakhir bom atom dan bom hidrogen di dunia ini.” (DHF)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com