Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Libya Diserang, Suriah Tidak?

Kompas.com - 27/04/2011, 14:46 WIB

Faktor lain, kata Pletka, Khadafy dituduh telah berusaha untuk membunuh Raja Saudi, Abdullah, pada tahun 2003 yang ketika itu masih sebagai putra mahkota. Jadi, "ada faktor antipati pribadi antara Khadafy dan pemimpin Arab lainnya. Pada saat yang sama, Israel memiliki hubungan bermusuhan dengan tetangganya itu, tapi kepemimpinan Israel "sangat nyaman dengan setan yang diketahuinya" di Damaskus.

Obama, kata Pletka, telah menunjukkan keengganan ekstrem untuk terlibat dalam aksi militer sepihak. Soalnya, menggulingkan Assad akan mengubah seluruh dinamika politik di Timur Tengah yang berarti akan mempengaruhi kepentingan Amerika Serikat, kata Pletka. Ia mencatat Suriah berhubungan dekat dengan Iran dan organisasi seperti Hezbollah, Hamas dan Jihad Islam. Menurut perkiraan dia, tindakan yang lebih terpadu tidak akan muncul untuk Suriah kecuali dan sampai ada konsensus internasional yang lebih tegas.

Menurut Rick Nelson, ahli terorisme di Center for Strategic dan International Studies, sebuah think tank Washington yang lain, aksi militer di Libya menjadi prioritas sebagian mungkin karena terkait dengan kekhawatiran terhadap Al Qaeda. Kelompok teroris Al Qaeda telah dikenal dapat menggunakan negara yang dalam kekacauan untuk mencari tempat perlindungan yang aman, kata Nelson. Ia mencatat bahwa pejuang asing Al-Qaeda terbesar kedua di Irak berasal dari Libya. Saat Libya menjadi lebih tidak stabil, itu akan menjadi prioritas Barat untuk memastikan bahwa negara tidak menjadi rumah perlindungan para pemimpin Al-Qaeda.

Nelson senada dengan Pletka tentang tidak adanya konsensus internasional pada Suriah. "Orang tidak ingin berada di sisi buruk Assad," katanya. "Jika Anda menyerang Suriah, Anda melintasi garis yang mengubah seluruh perhitungan strategis di wilayah itu dalam satu gerakan. Taruhannya jauh lebih besar."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com