Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tengah Malam di Nanjing Road

Kompas.com - 26/04/2011, 15:35 WIB

WAKTU setempat telah beranjak ke pukul sepuluh malam saat kereta api bawah tanah berhenti di Stasiun Lujiazui, Shanghai, China. Sebagian penumpang berhamburan keluar, sementara yang masuk segelintir saja.

Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit untuk keluar dari lorong stasiun dan tiba di Nanjing Road, shopping street paling ramai di China. Nanjing Road lebih kurang mirip Malioboro di Yogyakarta. Namun, kawasan tersebut terasa lebih nyaman untuk berjalan-jalan karena memang didesain khusus bagi pejalan kaki dan kondisinya sangat bersih.

Hawa dingin langsung menusuk tulang begitu berada di ruang terbuka Nanjing Road. Maklum, di Shanghai, akhir Februari, masih peralihan dari musim dingin ke musim panas. Jadi, suhu udara pada malam hari 5-10 derajat celsius.

Tulisan nama-nama toko dalam aksara China di papan neon menyala terang penuh warna-warni. Sementara lampu-lampu taman memberikan rona temaram. Bangku permanen yang terbuat dari semen bertebaran menawarkan kelegaan bagi pengunjung yang lelah berjalan atau sekadar ingin duduk-duduk santai menikmati suasana.

Di sepanjang kanan-kiri jalan, berderet toko, supermarket, dan beberapa mal. Sebagian besar bangunan berarsitektur Eropa dan modern. Beragam merek busana terkemuka dan jaringan bisnis waralaba tersedia. Berbagai produk khas buatan China pun tersebar di toko-toko, mulai dari sutra, permata, sampai batu giok.

Baru berjalan kaki 10 menit, seorang pria datang menghampiri. Rupanya ia adalah makelar layanan jasa seks komersial. Dari fisik dan gaya bahasa, tampaknya ia beretnis Melayu. ”Selamat malam. Anda dari mana, Malaysia, Singapura?” sapanya dalam bahasa Melayu, mengawali promosi yang kemudian langsung mengarah pada materi pokok.

Rasanya, setiap berjalan 50 meter, selalu saja ada makelar yang menghampiri. Tampaknya wisatawan mancanegara jadi salah satu target utamanya. Namun, tak semua layanan jasa seks komersial melalui makelar. Ada juga pekerja seks komersial yang berada di keramaian dan langsung menghampiri sasaran dan menawarkan diri.

Di antaranya adalah dua perempuan cantik yang mengenalkan diri sebagai Shusien dan Vinda. Umur mereka sekitar 25 tahun. ”Dari negara mana, mau ke mana? Mau kami temani?” tanya Shusien dalam bahasa Inggris.

Di luar urusan komersial tersebut dan ramainya pengunjung, baik domestik maupun mancanegara, Nanjing Road menyisakan tempat bagi sejumlah tunawisma. Beberapa di antaranya tampak duduk-duduk di bangku semen sambil menenteng tas kumal besar. Mereka rata-rata sudah berusia lanjut.

Di depan lobi Royal Meridien Hotel, seorang tukang semir merangkap tunawisma sibuk mengelap sepatu lusuhnya dengan air kolam taman. Lalu-lalang orang di sekitarnya tak dihiraukan pria berumur 45 tahun itu, termasuk ketika dua polisi melintas.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com