Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan Ancam Nigeria

Kompas.com - 19/04/2011, 05:31 WIB

KANO, SENIN - Pemerintah Nigeria mengerahkan aparat keamanan untuk mengamankan sejumlah kota di bagian utara, Senin (18/4), pascapemilihan presiden, akhir pekan lalu. Tentara melepaskan tembakan ke udara dan mengerahkan helikopter yang terbang rendah di sejumlah kota.

Upaya itu dilakukan untuk membatasi kerusakan yang terjadi akibat kemarahan para pemuda pendukung salah satu kandidat, Muhammadu Buhari. Mereka tak menerima hasil penghitungan suara pemilu presiden.

Hasil penghitungan suara pemilihan umum presiden putaran pertama memperlihatkan kemenangan presiden petahana Goodluck Jonathan. Kemenangan itu dia dapat dari penghitungan hasil suara di 35 dari total 36 negara bagian di Nigeria.

Sejumlah pengamat menilai, pemilu kali ini adalah yang paling adil yang pernah digelar di Nigeria dalam beberapa dekade terakhir.

Kemenangan Jonathan dinilai mampu meredakan kekhawatiran terjadinya kekacauan yang berdampak pada ekspor sumber daya minyak dan gas alam mentah dari negeri produsen sumber daya energi terbesar di Afrika itu.

Kekhawatiran itu didasari perpecahan yang lama terjadi di negeri ini. Jonathan, yang beragama Kristen, didukung warga Kristen yang terkonsentrasi di selatan Delta Niger, kawasan yang kaya minyak. Adapun Buhari, mantan petinggi militer beragama Islam, memiliki basis massa pendukung di utara Nigeria, yang mayoritas Muslim.

Hasil pemilu presiden kali ini memperkuat pandangan itu. Unjuk rasa yang diwarnai kekerasan terjadi di kota-kota di kawasan utara, tempat konsentrasi pendukung Buhari.

Barikade jalan

Pengunjuk rasa membarikade jalan dan membakar ban. Di kota Zaria, mereka membakar sebuah gereja. Kantor penyelenggara pemilu di Kaduna juga dibakar oleh pendukung Buhari.

Aparat keamanan dan militer dikerahkan dengan persenjataan lengkap dan kendaraan lapis baja. Mereka juga membawa cemeti untuk memecah kerumunan orang yang bergerombol di jalan-jalan.

Sejumlah saksi mata menyebutkan, mereka mendengar suara tembakan dan menyaksikan aksi lempar batu. ”Perusuh membuat kekacauan dan kerusakan. Saya cuma mencoba menghindar, tetapi polisi terus mencambuki orang-orang supaya bubar,” ujar Ikechukwu, pedagang lokal yang mengaku terjebak dalam kerusuhan.

Akibat kerusuhan, banyak stasiun pengisian bahan bakar minyak, toko, dan pasar kebutuhan sehari-hari ditutup.

”Kami belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, kami sudah memperkirakan ada masalah akibat hasil pemilu presiden. Situasi diharapkan bisa dikendalikan sesegera mungkin,” ujar Agbo Omaji, polisi yang bertugas menjaga kantor komisi pemilu.

Penduduk kota Zaria menceritakan, perusuh membakar sebuah gereja pada malam hari. Polisi datang mengamankan situasi dan membubarkan aksi baku hantam, yang mewarnai aksi pembakaran itu.

”Masyarakat takut ke luar rumah. Tentara sudah diterjunkan berjaga-jaga di sepanjang jalan di luar sana,” ujar salah seorang penduduk Kaduna.

Pasti menang

Walau masih menunggu hasil penghitungan suara dari negara bagian terakhir di kawasan tenggara, Cross River, kemenangan Jonathan bisa dipastikan tidak akan berubah.

Dari 35 negara bagian yang telah dihitung, Jonathan memperoleh suara sebesar 22 juta, sedangkan Buhari hanya mengantongi 12 juta suara.

Negara Bagian Cross River adalah wilayah paling terpencil di Nigeria, yang hanya bisa ditempuh menggunakan perahu kano. Hasil resmi total penghitungan suara baru selesai dan bisa diumumkan pada Senin.

Kubu Buhari mencurigai ada kecurangan, terutama di daerah yang diketahui menjadi kantong pendukung Jonathan.

Menurut Nasir al-Rufai, mantan pejabat pemerintah yang juga pendukung Buhari, hasil penghitungan suara di beberapa daerah yang menjadi kantong pendukung Jonathan itu mencurigakan. Rufai mengaku berani membuktikannya di pengadilan.

Buhari berkali-kali menyatakan, rakyat Nigeria tidak akan pernah bisa menerima kekalahan ini. Namun, dia tidak akan menempuh jalur pengadilan untuk membuktikan ada kecurangan. Buhari mempersilakan partai politik pendukungnya untuk menggugat hasil ini ke pengadilan.

(REUTERS/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com