”Pertemuan akan mengevaluasi perkembangan terbaru terkait situasi di Libya sebelum kami nanti mengunjungi negara itu,” ungkap Presiden Mauritania Mohamed Ould Abdel Aziz.
Dalam pertemuan ini, Abdel Azis bergabung dengan Presiden Mali Toumani Amadou Toure dan Presiden Kongo Denis Sassou Nguesso. Dua pemimpin Afrika lainnya yang dijadwalkan hadir—Presiden Uganda Yoweri Museveni dan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma—hanya diwakili menteri luar negeri masing-masing.
”Kami memiliki harapan yang baik. Langkah ini akan menjadi awal dialog konstruktif untuk solusi politik yang bisa dinegosiasikan dalam mengakhiri krisis Libya,” kata Abdel Aziz, pemimpin pertemuan. Ia menjamin terpenuhinya aspirasi sah rakyat Libya demi menciptakan dan menjaga persatuan, mendirikan lembaga-lembaga demokratis andalan, dan dipilih secara bebas.
Pertemuan lima pemimpin Afrika itu, menurut AFP, didukung Uni Eropa (UE). Lima negara itu, yang dipilih UE untuk mewakili Uni Afrika (UA), diharapkan menjadi mediator penyelesaian krisis Libya akibat perseteruan antara kubu loyalis Moammar Khadafy dan oposisi.
UA mengusulkan ”manajemen inklusif” masa transisi di Libya. Negara itu membutuhkan demokrasi, reformasi, keadilan politik, perdamaian, dan keamanan.
”Delegasi UA sudah mendapat izin NATO untuk masuk ke Libya dan bertemu di Tripoli dengan pemimpin Libya. Delegasi juga akan bertemu Dewan Nasional Transisi Sementara (PTNC) di Benghazi pada 10-11 April 2011,” kata Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan.
Pertempuran sengit dan berdarah masih terjadi di kota-kota strategis di Libya sejak Sabtu hingga Minggu. Pertempuran paling sengit terjadi di Brega, kota minyak di Libya timur, dan Misrata di Libya barat. Misrata adalah kota besar ketiga setelah Tripoli, ibu kota negara, yang menjadi basis Khadafy dan Benghazi, yang menjadi basis pertahanan oposisi.
Hari Sabtu, pasukan Pemerintah Libya menembak jatuh dua helikopter milik oposisi di Brega. ”Dua helikopter pemberontak melanggar zona larangan terbang dan ditembak jatuh oleh rezim di wilayah Brega,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Libya Khaled Kaaim dalam konferensi pers di Tripoli, Sabtu malam.