Langit kota Zawiya hari Rabu (6/4) masih riuh oleh deru jet tempur Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Pertempuran sengit selama satu bulan
Wartawan yang mengikuti undangan rezim ke Zawiya mengatakan, di pusat kota, puluhan warga menari-nari di truk bak terbuka atau pikap. Mereka bersorak-sorai meluapkan rasa cinta kepada Khadafy, melambaikan gambar pemimpinnya dan bendera hijau, bendera rezim.
Zawiya berjarak 50 km di barat Tripoli, ibu kota negara yang menjadi pusat rezim Khadafy. Sejak awal krisis, yang ditandai aksi protes massa pada 15 Februari, kota satelit kelas menengah di tepi Laut Tengah ini dikuasai oposisi. Namun, pada 10 Maret kota itu jatuh ke tangan rezim Khadafy.
Langit kota masih diselimuti deru jet tempur. Namun, NATO tidak bisa berbuat banyak karena kota ini cukup padat, dihuni sekitar 250.000 jiwa. Tidak ada lagi aksi protes antirezim. Oposisi telah dipukul keluar. Kota dikuasai penuh loyalis Khadafy.
Alun-alun Syuhada di pusat kota menjadi saksi bisu aksi protes dan pertempuran antara loyalis dan kontra-Khadafy pada Februari lalu. Sebuah masjid rata dengan tanah. ”Para perampok telah mengotori masjid, minum alkohol dan makan di dalam sehingga pemerintah merobohkannya dan akan membangun baru,” kata pejabat.
Penghancuran masjid itu sebenarnya diprotes penduduk setempat. ”Warga marah,” kata Mohammad, seorang pemilik toko. ”Bagaimana Anda merobohkan masjid di alun-alun seperti itu? Ini adalah negara Islam.”
Banyak bangunan rusak terkena granat, roket, dan penuh bekas peluru. Gedung departemen penyelidik kejahatan terbakar. Semua perabot kantor ludes dilalap api. Beberapa mobil yang terbakar teronggok di halaman gedung itu. Deretan toko di sisi alun-alun tutup. Sebagian di antaranya rusak terkena tembakan dan ledakan bom.
Di sekolah Asma binti Abi Bakar, kepala sekolahnya menuturkan, guru dan murid sudah kembali ke kelas. ”Semuanya sudah normal,” katanya. Di halaman, anak-anak berusia 4-5 tahun meneriakkan slogan mendukung Khadafy. Bersama guru, mereka berseru, ”Warga membutuhkan Kolonel Moammar!” dan ”Allah, Moammar, Libya!”
Di rumah sakit, tidak ada
”Di mana para anggota pasukan oposisi atau pasukan pro-Khadafy yang terluka? Di mana anak-anak yang terluka atau terbunuh? Mengapa rezim mengganti direktur?” Ibrahim tidak menjawab. Dia hanya mengatakan baru menjabat. Direktur lama masih bekerja, tetapi diawasi dengan ketat.