Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reaktor Kini Lebih Maju

Kompas.com - 28/03/2011, 04:36 WIB

Dibandingkan dengan PWR dan PHWR, tipe BWR tidak lebih baik dari segi desain sistem pengaman. Keunggulannya lebih pada harga yang relatif lebih murah dan ukuran lebih kecil.

Pada BWR, reaksi fisi inti atom menggunakan uranium alam yang diperkaya dari 0,7 persen menjadi 3-5 persen. Adapun PWR dan PHWR menggunakan uranium alam.

PWR menggunakan dua siklus pendinginan reaktor. Siklus pertama diberi tekanan tinggi untuk menghindari pendidihan air pendingin dalam reaktor dan saluran siklus pertama. Prinsip kerja PWR sama dengan PHWR. Bedanya, PHWR tidak menggunakan air biasa (H0), tapi air berat (oksida deuterium/DO).

Pada teknologi PLTN yang baru, semua sistem sudah bekerja pasif, tidak bergantung pada pasokan listrik. Sistem ini menggunakan cerobong tinggi untuk pengaturan udara ke atas membentuk sirkulasi alami.

Pada ABWR, ruang pengungkung yang besar (50 kali lebih besar) memungkinkan pendinginan lebih baik.

Titik lemah

Semua sistem yang diciptakan manusia, termasuk PLTN, memang tidak sempurna, selalu ada sisi lemah, apalagi bila berhadapan dengan kekuatan alam yang tak terduga. Seperti ditunjukkan oleh kasus meleleh, bocor, hingga meledaknya reaktor PLTN, mulai dari Chernobyl, Three Mile Island (TMI), hingga Fukushima. Namun, sumber penyebabnya berbeda. Bisa faktor alam atau manusia. Di situ terungkap kelemahan tipe-tipe reaktor yang digunakan.

Dalam sejarah PLTN, kecelakaan yang berakibat melelehnya inti reaktor adalah PLTN TMI di Amerika Serikat dan Chernobyl di Ukraina.

Kecelakaan TMI tipe PWR terjadi pada 28 Maret 1979. Kecelakaan diawali malfungsi sistem pendingin sekunder sehingga suhu pendingin primer naik, diikuti kegagalan penutup katup, sehingga sebagian besar air pendingin terkuras dari reaktor. Akibatnya, inti reaktor meleleh dan berdampak lolosnya sebagian kecil gas radioaktif ke lingkungan. Untungnya, kecelakaan ini tidak menimbulkan korban.

Hal sebaliknya terjadi di Chernobyl, 25 April 1986. Kecelakaan terjadi pada unit 4 yang menjalani uji kinerja turbin. Penurunan daya rendah pada reaktor membuat kerja reaktor jenis LWGR ini menjadi tidak stabil. Ketika aliran air pendingin berkurang, daya reaktor justru meningkat. Upaya mematikan reaktor gagal. Daya reaktor meningkat drastis sehingga elemen bahan bakar pecah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com