Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Asimetri di Libya

Kompas.com - 24/03/2011, 04:14 WIB

Padahal, tepat sebelum Perang Kemerdekaan I itu pecah, pimpinan TNI sadar akan manfaat perlawanan gerilya kalau pertahanan konvensional kalah. Namun, sebelum kesadaran itu dijadikan perintah ke semua pasukan TNI, sudah terjadi serangan Belanda. Maka, pasukan Siliwangi di bawah pimpinan Jenderal Mayor (sebutan pangkat waktu itu) AH Nasution yang tahu sikap pimpinan TNI langsung beralih ke perlawanan nonkonvensional. Taktik gerilya pun diterapkan setelah Belanda menguasai sejumlah kota di Jawa Barat. Saat itu Belanda memang hanya menguasai kota-kota di Jawa Barat, sedangkan di luar kota, RI tetap berkuasa.

Oleh sebab itu, perintah Pemerintah RI agar Siliwangi meninggalkan Jawa Barat merupakan kegagalan strategi yang amat menguntungkan Belanda. Baru kemudian Pemerintah RI sadar dan paham akan pentingnya perlawanan nonkonvensional dalam perang asimetri itu.

Perang Kemerdekaan II yang berkembang setelah serangan Belanda ke Yogyakarta pada 18 Desember 1948 bertitik berat perlawanan gerilya TNI bersama rakyat. Perang pun berakhir dengan kemenangan Indonesia ketika Belanda pada 27 Desember 1949 harus mengakui kedaulatan bangsa Indonesia atas wilayah Indonesia.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah Moammar Khadafy cukup cerdas dan kuat kendali dirinya untuk melakukan perlawanan nonkonvensional kalau nanti kekuatan militer koalisi Barat tidak hanya mengebom Libya, tetapi juga mendaratkan pasukan untuk menguasai Libya. Sebab, dengan pengeboman saja mustahil koalisi Barat dapat memaksa Khadafy tunduk pada kehendak mereka.

Lagi pula, sekarang yang menggunakan cara nonkonvensional tidak hanya pihak yang lemah. Pihak yang kuat juga menggunakan cara itu untuk merongrong kekuatan perlawanan pihak lemah. Perang intelijen, perang informasi, perang ekonomi, perang komunikasi, dan perang budaya sekarang sudah lazim digunakan pihak kuat, seperti AS, untuk meluaskan dominasinya di dunia.

Maka, akan kita lihat siapa pihak yang lebih cerdas, lebih kuat mental dan fisik, serta lebih mampu kendali diri dan kendali organisasi dalam menjalankan pertarungan di antara mereka.

Sayidiman Suryohadiprojo Mantan Gubernur Lemhannas dan Mantan Dubes

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com