KOMPAS.com — Setelah zona larangan terbang, kelompok koalisi mendukung NATO untuk menerapkan embargo senjata kepada Libya. Warta AP dan AFP pada Rabu (23/3/2011) menunjukkan, Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan bahwa kapal dan pesawat NATO tengah dikumpulkan di kawasan Laut Tengah untuk melaksanakan tugas tersebut.
"Semua negara sekutu bertekad untuk memenuhi tanggung jawab mereka berdasarkan resolusi PBB untuk menghentikan tindak kekerasan yang tidak bisa diterima terhadap warga sipil Libya," kata Rasmussen.
Sementara itu, Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis semuanya mengatakan bahwa NATO harus berperan dalam struktur komando operasi militer di Libya. Akan tetapi, Perancis menentang langkah untuk menempatkan NATO pada posisi komando umum.
Operasi internasional bertujuan untuk menerapkan resolusi PBB guna menghentikan pasukan Moammar Khadafy menyerang warga sipil.
Sementara itu, Kolonel Moammar Khadafy tidak menunjukkan gelagat gentar di tengah gempuran NATO. Pasukan yang setia pada Khadafy terus melancarkan serangan darat di dalam Libya meski tengah berlangsung operasi internasional untuk melindungi warga sipil. Tembakan roket dan tembakan senapan secara membabi buta dilaporkan terjadi di kota Misrata, di belahan barat Libya. Seorang dokter mengatakan, 22 orang terbunuh di sana semalam.
Pertempuran dilaporkan di kota-kota Zintan dan Yafran di barat dan di sekitar pusat kota Ajdabiya. Di bagian lain, satu pesawat Amerika yang ikut dalam operasi perlindungan warga sipil jatuh di gurun dekat kubu antipemerintah, Benghazi.