London, Senin -
Demikian dikatakan Fawaz A Gerges, profesor yang paham soal politik Timur Tengah dan hubungan internasional dari London School of Economics and Political Science, Senin (21/3), kepada CNN di London.
”Jika saya Khadafy, saya juga akan melakukan hal yang sama karena Khadafy benar-benar tidak diberikan kesempatan,” kata Gerges.
Dewan Keamanan PBB memberlakukan zona larangan terbang di angkasa Libya. Hal itu didorong oleh ekspansi serangan Libya terhadap kelompok oposisi.
Namun, kata Gerges, dari awal tak ada alternatif solusi yang ditawarkan Barat terhadap Libya. Tidak ada alternatif rekonsiliasi dengan kubu oposisi yang didukung Barat.
Gerges mengatakan, arah dari koalisi AS dan sekutunya soal Libya adalah keinginan agar rezim Khadafy mundur.
Selama tiga pekan ini Khadafy gencar mengirimkan utusan ke Barat untuk mendekati elite dunia. Khadafy sudah menegaskan bahwa Libya adalah sekutu terbaik Barat dalam perang melawan terorisme.
Khadafy juga mengirimkan surat kepada sejumlah anggota Dewan Keamanan PBB agar penjatuhan sanksi tidak diberlakukan. Namun, semua itu tidak mempan menahan niat Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi.
Gerges mengatakan, selalu ada solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi sebuah kemelut, termasuk kemelut di Libya.
Khadafy juga sudah menekankan bahwa musuh yang sedang dia perangi adalah antek-antek Al Qaeda, bukan rakyat Libya.
Khadafy telah memerintahkan pasukan menyerang kubu oposisi yang sempat menguasai Libya timur. Hal ini membuat sebagian rakyat Libya turut mendukung serangan Barat. ”Namun, ini adalah buah dari tersumbatnya pencarian solusi,” kata Gerges.
Dia pun kerap mengingatkan bahaya intervensi AS dan Barat di sejumlah negara, seperti di Irak, yang terbukti tidak menyelesaikan masalah. Kejatuhan rezim di Mesir dan Tunisia juga tidak serta-merta membuat kedua negara itu stabil.
Gerges menekankan, sebuah solusi lewat dialog selalu berguna.