Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Nuklir Naik ke Level 5

Kompas.com - 19/03/2011, 02:28 WIB

Dahono Fitrianto

Nagasaki, Kompas - Jepang memasuki darurat nuklir, Jumat (18/3), dengan memburuknya kondisi tiga reaktor nuklir pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi. Tingkat ancaman dinaikkan ke level 5. Dokter spesialis juga dikerahkan ke Fukushima untuk membantu korban.

Kenaikan tingkat ancaman itu disampaikan Badan Keselamatan Nuklir dan Industri (NISA) Jepang. Sementara Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) baru memulai pengukuran, Jumat.

Level ancaman merujuk Skala Kejadian Radiologi dan Nuklir Internasional (INES) yang diperkenalkan IAEA pada 1990. IAEA menetapkan 7 skala kejadian radiologi dan nuklir. Kejadian level 1-3 termasuk insiden dan level 4-7 disebut kecelakaan. Level 7 terburuk; pernah terjadi di Chernobyl, Ukraina, April 1986.

NISA mengatakan, krisis nuklir di PLTN Fukushima Daiichi naik dari level 4 ke level 5. Itu artinya berpotensi membawa kecelakaan dengan dampak luas. Ada kerusakan pada inti reaktor dan kebocoran radioaktif parsial. Paparan radiasinya bisa membawa kematian. Agar tidak berdampak luas, harus dicegah dengan penanganan terencana.

Insiden itu pernah terjadi di Windscale Pile, Inggris, tahun 1957. Kala itu zat radioaktif bocor ke lingkungan akibat kebakaran inti reaktor. Kasus serupa juga terjadi di Three Mile Island dekat Harrisburg, AS, tahun 1979.

Badan Otorita Keselamatan Nuklir Perancis bahkan, sejak Selasa, mengatakan, krisis nuklir Jepang harus digolongkan ke level 6. Peningkatan status itu semakin membuat publik Jepang panik. Ribuan ekspatriat, Jumat, masih memadati terminal keberangkatan Bandara Narita, Tokyo.

Pencegahan

Lebih dari 300 teknisi Tokyo Electric Power Co (Tepco), Jumat, berusaha keras mengendalikan kerusakan pada reaktor Unit 1, 2, dan 3. Truk dan helikopter dikerahkan untuk menyiramkan air ke reaktor yang kehilangan sistem pendinginnya itu.

”Bukan hanya Jepang, seluruh dunia bergantung pada mereka,” kata Norie Igarashi (44), pekerja di Tokyo. Ia mengatakan, tim darurat bekerja di tengah meningkatnya radiasi dalam kompleks PLTN. Jika tidak bertindak hati-hati, mereka akan menjadi korban pertama.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com