Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Terlambat untuk Berkaca pada Jepang

Kompas.com - 14/03/2011, 04:21 WIB

Dengan keberhasilan Jepang menjadikan kereta api sebagai tulang punggung transportasi, Presiden Amerika Serikat Barack Obama pun memutuskan untuk menjadikan kereta api sebagai basis transportasi antarkota di benua Amerika.

Obama telah mengusulkan pembangunan jalur kereta api sebesar 33 miliar poundsterling atau Rp 462 triliun untuk menghubungkan beberapa daerah perkotaan besar Amerika, seperti Chicago-St Louis, Orlando-Miami, dan Portland-Seattle.

Belum maksimal

Di Indonesia, pemerintah sebenarnya juga bisa menjadikan kereta api sebagai tulang punggung transportasi, apalagi jalur-jalur kereta itu sudah ada sejak lama. Di Jakarta, kereta api hanya memegang peran tiga persen dari 56 persen perjalanan yang menggunakan angkutan umum. Jumlah ini tentu saja sangat kecil dibanding potensi yang ada. Jika penggunaan kereta dioptimalkan, hal itu bisa mengurangi kemacetan di Jakarta secara nyata.

Saat ini di Jakarta tersedia beberapa jalur yang menghubungkan Jakarta dengan Bekasi, Bogor (Depok), Serpong, dan Tangerang. Jaringan kereta api Jabodetabek merupakan jaringan dengan mengikuti pola ring radial, suatu pola yang ideal untuk dikembangkan sebagai jaringan angkutan kota dengan satu ring (loop line) dan lima buah radial (Tangerang line, Serpong line, Bogor line, Bekasi line, dan Tanjung Priok).

Jaringan yang sebenarnya ideal ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Saat ini jumlah penumpang yang mampu diangkut dengan kereta hanya 325.000 orang per hari. Padahal, penumpang yang membutuhkan moda transportasi ini mencapai 700.000 per hari.

Akibatnya, penumpang berdesak-desakkan dan memilih membahayakan diri dengan naik ke atap kereta atau bergelantungan di badan kereta. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Nugroho Indrio mengatakan, pemerintah pusat sudah berencana untuk merevitalisasi jalur-jalur kereta api yang ada.

”Ada sejumlah upaya yang akan kami lakukan, misalnya merevitalisasi jalur, pembangunan MRT, monorel, pembangunan double-double track Manggarai-Cikarang, pembangunan jalur ganda Serpong-Rangkasbitung, jalur ganda Duri-Tangerang, jalur kereta bandara, dan jaringan kereta api di Pasoso-Jakarta International Container Terminal.

Hal lain adalah dilakukannya pembenahan manajemen kereta, seperti menambah jumlah kereta, jarak kedatangan (headway) pada jam sibuk, dan pelayanan yang setara dengan kendaraan pribadi. Dengan demikian, orang mau meninggalkan kendaraannya di rumah untuk naik angkutan umum massal jarak sedang.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, Dinas Perhubungan bekerja sama dengan Dewan Transportasi Kota Jakarta sedang berusaha meningkatkan kapasitas dan pelayanan Serpong line.

”Kami akan mengajak pihak swasta, seperti Bumi Serpong Damai, Bintaro, dan lainnya untuk berpartisipasi. Entah itu perbaikan stasiun, pembangunan sarana parkir, atau yang lainnya. Namun, hal itu tentu harus didukung oleh pemerintah pusat karena ini lintas provinsi,” kata Pristono.

Jika segala prasarana dan sarana kereta api dibenahi, tentu jumlah penumpang juga akan meningkat. Penumpang kereta nantinya ditargetkan mencapai 3 juta orang per hari. Kemacetan dan polusi yang selama ini lekat dengan kota Jakarta pun akan sirna.

Pasar untuk moda transportasi ini sudah cukup tersedia, tinggal komitmen bersama untuk membangun sistem transportasi kereta yang andal. Belum terlambat untuk berkaca pada Jepang.(M Clara Wresti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com