Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TAJUK RENCANA

Kompas.com - 04/03/2011, 04:49 WIB

Intervensi Asing di Libya

Krisis Libya yang kian memburuk menimbulkan keprihatinan internasional. Pemimpin dunia mengecam aksi brutal Moammar Khadafy.

Demi mempertahankan kekuasaannya, pemimpin Libya Moammar Khadafy sampai hati menembaki rakyatnya. Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan sanksi. Barat pun mengirim kapal perang ke dekat wilayah Libya di Laut Tengah untuk mengantisipasi situasi yang lebih buruk.

Tak diragukan, negara-negara Barat, seperti AS, Inggris, dan Perancis, memiliki sumber daya militer lebih dari cukup jika ingin digunakan untuk menyerang Khadafy, seperti halnya Presiden George W Bush, Maret 2003, menyerang Saddam Hussein. Namun, kemungkinan aksi terbuka seperti itu diperkirakan kecil, kecuali jika situasi di Libya memburuk secara dramatis.

Menyerang Libya bagi Barat lebih mudah daripada menyerang Afganistan karena secara geografis wilayah Libya yang berbatasan dengan Laut Tengah mudah dijangkau kekuatan militer Barat, dalam hal ini Armada VI AS yang berpusat di Napoli, Italia, hanya 900 kilometer dari Tripoli. Ada juga gugus tugas antiteroris NATO yang mematroli Laut Tengah terus-menerus.

Namun, disebutkan pula, kekuatan militer hanya satu sisi yang harus dipertimbangkan Barat. Harus diakui, setelah terperangkap lama di Irak dan kemudian Afganistan, pemimpin Barat jadi lebih banyak pertimbangan untuk terlibat dalam konflik baru.

Faktor lain yang mesti dipertimbangkan adalah pandangan dunia Arab bahwa krisis Libya merupakan urusan internal dunia Arab dan kekuatan asing harus menahan diri untuk tidak mencampuri. Ini disampaikan Menteri Luar Negeri Irak Hoshiyar Zebari dalam pidato pembukaan pertemuan menlu Liga Arab di Kairo, Mesir, Rabu (2/3).

Liga Arab pun menyatakan, pemimpin Libya harus menghentikan kekerasan, menghormati ”hak sah” rakyat. Liga Arab telah menangguhkan partisipasi Libya karena penumpasan kejam oleh aparat keamanan Khadafy terhadap rakyat yang memprotes kekuasaannya.

Situasi di Libya memasuki tahap kritis. Perang saudara diberitakan mencapai skala penuh. Kita menduga, hal itu pulalah yang membuat negara Barat berniat turun ta- ngan.

Pertimbangan lain, Libya adalah salah satu pemasok minyak penting dengan tidak kurang dari 1,6 juta barrel minyak per hari. Sekarang saja dunia mulai merasakan dampak geger politik di Timur Tengah dan Afrika Utara, yaitu harga minyak terus membubung.

Jadi, di satu sisi masuk akal kalau negara-negara Arab ingin urusan internal mereka diselesaikan sendiri. Namun, masuk akal juga kalau negara-negara Barat yang banyak bergantung pada minyak berkepentingan agar konflik di Libya tidak berlarut-larut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com