Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Demonstran Iran Kutuk Oposisi

Kompas.com - 19/02/2011, 00:31 WIB

TEHERAN, KOMPAS.com — Puluhan ribu pendukung Pemerintah Iran memadati jalan-jalan di Teheran, Jumat (18/2/2011). Mereka menuntut para pemimpin oposisi, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, dihukum gantung karena "pemberontakan" mereka.

"Kematian bagi Mousavi! Kematian bagi Karroubi! Mousavi-Karroubi harus digantung!" teriak demonstran setelah shalat Jumat di Universitas Teheran dan bergabung dengan massa pendukung yang berpawai menuju Lapangan Enghelab (Lapangan Revolusi).

Banyak demonstran membawa poster pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dan meneriakkan "Allahu Akbar!" ketika mereka berpawai untuk menentang Mousavi dan Karroubi, yang dulu menjadi pilar-pilar pemerintahan Islam di negara itu.

Dalam khotbah shalat Jumat, ulama garis keras dan ketua Dewan Wali yang berpengaruh, Ayatollah Ahmad Janati, menuntut pengucilan total terhadap Mousavi dan Karroubi. Sementara itu, jemaah meneriakkan "Pelayan Amerika, tak tahu malu!"

Janati mengatakan, pengadilan harus "memutus sepenuhnya akses (Mousavi dan Karroubi) terhadap masyarakat. Pintu rumah mereka harus ditutup ... sehingga mereka tidak bisa menerima atau memberi pesan, juga telepon.... Internet harus diputus dan mereka dipenjarakan di dalam rumah mereka."

Dalam deklarasi akhir, penyelenggara pawai "kebencian" menuntut "hukuman paling keras terhadap para pemimpin penghasut" dan menyebut mereka sebagai "penjahat di bumi", sebuah kejahatan yang bisa dikenai hukuman mati menurut hukum Iran.

Mousavi dan Karroubi secara de facto sudah dikenai penahanan rumah, tetapi terus mengeluarkan pesan pembangkangan kepada pendukung mereka melalui situs berita mereka. Salah satu pesan mengarah pada protes anti-pemerintah pada Senin yang menewaskan dua orang dan melukai beberapa orang lain.

Ketua Mahkamah Agung Ayatollah Sadeq Larijani mengeluarkan peringatan keras terhadap kedua orang itu dan mengatakan, langkah-langkah sedang diambil untuk memblokir jaringan komunikasi mereka.

Mousavi dan Karroubi adalah calon-calon presiden yang kalah dalam pemilihan dua tahun lalu. Namun, mereka menganggap pemilu itu dicurangi. Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan presiden pada Juni 2009 yang disengketakan itu.

Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden itu, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun.

Mousavi dan Karroubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan pada bulan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparat keamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acara umum untuk turun ke jalan.

Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalam demonstrasi pada 27 Desember 2009. Saat itu, ribuan pendukung oposisi melakukan pawai serupa.

Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan, dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu pada Juni itu dikabarkan masih berada di dalam penjara. Beberapa dari mereka telah disidangkan atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.

Mereka yang diadili termasuk pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris dan Perancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosen sebuah universitas.

Sejauh ini, sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengecam protes pasca-pemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan oleh sejumlah pihak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com