KOMPAS.com - Kementerian Dalam Negeri Mesir melarang semua demonstrasi antipemerintah beberapa jam setelah polisi membubarkan paksa unjuk rasa besar-besaran. Dalam pernyataannya, pemerintah Mesir mengatakan segala bentuk demonstrasi atau pawai dilarang dan mereka yang ikut serta akan dituntut. Pernyataan tersebut dikeluarkan tidak lama setelah massa demonstran Mesir kembali mendatangi pusat ibu kota, Kairo.
Sebagaimana warta AP dan AFP pada Rabu (26/1/2011), sebagian demonstran kembali ke Lapangan Tahrir setelah dihalau dan dibubarkan paksa oleh polisi. Sebelumnya, sepanjang Selasa hingga larut malam, ribuan warga ikut dalam protes di Kairo yang bersumpah untuk tetap berdemo hingga pemerintah tumbang. Beberapa jam sebelumnya, polisi membubarkan massa dengan tembakan gas air mata, pentungan dan semburan meriam air.
Aksi massa digerakkan oleh aktivis yang mendapat ilham dari Tunisia. Tiga orang meninggal sepanjang "hari pemberontakan" yang berlangsung di seluruh Mesir. Pemerintah Mesir mempersalahkan gerakan oposisi yang dilarang.
Massa demonstran mulai berkumpul lahi Rabu pagi di bagian tengah kota Kairo. Namun, tidak terlihat banyak polisi dikerahkan seperti yang bisa terjadi jika aparat mengantisipasi demonstrasi.
Demonstrasi jarang terjadi di Mesir. Soalnya, pemerintah Presiden Hosni Mubarak yang mulai berkuasa sejak 1981 sangat membatasi suara-suara menentang.
Di Washington, Gedung Putih mengimbau pemerintah Mesir membiarkan demonstrasi berlanjut dan menggambarkan situasi peluang penting bagi bangsa Mesir. Sementara itu, menteri luar negeri Perancis menyatakan dia menyesalkan korban jiwa jatuh di Mesir, tapi demokrasi harus didorong di semua negara.
Aksi massa Selasa digerakkan lewat laman situs jejaring sosial Facebook. Para penggalang aksi menyatakan mereka menyatakan penentangan terhadap penyiksaan, kemiskinan, korupsi, dan pengangguran. Sejatinya, belum jelas berapa banyak warga yang menanggapi seruan lewat internet tersebut, tapi pada akhirnya jumlah orang yang berunjukrasa lebih banyak dari yang mungkin diharapkan para aktivis.
Polisi tampak terkejut dengan ungkapan kemarahan massan dan membiarkan demonstran meneruskan arak-arakan ke Lapangan Tahrir di dekat gedung parlemen. Aktivis oposisi menyerukan demonstrasi diulangi pada Rabu.
Situs microblogging Twitter juga berperan dalam aksi di Mesir. Pendukung protes di dalam dan luar Mesir menggunakan kata kunci #jan 25 untuk memposting perkembangan. Namun, Twitter belakangan, Selasa, mengukuhkan bahwa layanannya diblok di dalam Mesir sejak pukul 1600 GMT (2300 WIB), dan itu berarti banyak orang tidak bisa memposting perkembangan terkini dari lokasi protes.