Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Posisi Abbas Makin Terjepit

Kompas.com - 26/01/2011, 09:19 WIB

RAMALLAH, KOMPAS.com — Bocornya dokumen rahasia tentang perundingan tertutup para pejabat Palestina dan Israel di stasiun televisi Al-Jazeera membuat posisi Presiden Palestina Mahmoud Abbas di dalam negeri makin terjepit. Perdamaian antara Palestina dan Israel makin jauh dari harapan.

Bocoran dokumen tersebut dimanfaatkan golongan garis keras di Palestina untuk membuktikan kepada rakyat bahwa Abbas terlalu lunak dalam negosiasi dengan Israel dan rentan terhadap tekanan AS.

”Kebocoran ini akan mengganggu posisi negosiasi Abbas karena isi dokumen tersebut membuat ia rentan terhadap serangan politik internal di Palestina, yang akan terus menggerogoti legitimasinya,” ungkap Haim Malka, pengamat masalah Timur Tengah dari Center for Strategic and International Studies, di Washington DC, Amerika Serikat, Senin (24/1/2011).

Para pendukung Abbas pun kebakaran jenggot dalam kebocoran rahasia paling menghebohkan dunia setelah skandal WikiLeaks tahun lalu itu. Sekitar 250 pendukung Abbas, Senin sore, berdemonstrasi di kantor cabang Al-Jazeera di Ramallah, Tepi Barat.

Mereka merusak kamera keamanan, pintu kaca, dan logo Al-Jazeera, kemudian membuat grafiti bertuliskan ”Al-Jazeera adalah mata-mata” dan ”Al-Jazeera sama dengan Israel”.

Yasser Abed Rabbo, anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan salah satu penasihat utama Presiden Abbas, menuduh Al-Jazeera telah terlibat dalam permainan media, yang bertujuan menyesatkan masyarakat awam. ”Apa yang dilakukan Al-Jazeera ini mengganggu posisi nasional pemerintahan Palestina,” kata Abed Rabbo.

Posisi Abbas di dalam negeri sudah melemah setelah kehilangan kendali atas wilayah Jalur Gaza, yang sejak 2007 diperintah oleh Hamas, kelompok garis keras yang menjadi rival politik Abbas dari Fatah.

Stasiun TV satelit Al-Jazeera sejak Minggu memublikasikan 1.600 dokumen rahasia, yang disebut Dokumen Palestina (Palestine Papers). Selain mengungkapkan tawaran konsesi luas di Jerusalem Timur—salah satu masalah pokok antara Israel dan Palestina—bocoran itu juga mengungkapkan bahwa Israel sudah memberi tahu para pemimpin Palestina di Ramallah sebelum menyerang Gaza pada Desember 2008.

Dukungan DK PBB

Jubir Departemen Luar Negeri AS Philip J Crowley mengakui, kebocoran ini mengganggu proses perdamaian yang sedang diusahakan AS. Menurut dia, para pejabat Deplu AS dikerahkan untuk mengontak para pejabat tinggi Palestina dan Israel dalam 24 jam terakhir untuk mengetahui reaksi mereka atas bocoran itu.

AS berusaha keras membawa kedua pihak kembali ke meja perundingan setelah pembicaraan terhenti pada akhir September 2010. Pemicunya adalah Israel yang ngotot meneruskan pembangunan permukiman Yahudi di kawasan Palestina.

Juru runding Palestina, Nabil Shaath, di Doha, Qatar, Selasa, memperingatkan AS untuk tidak memveto resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB tentang penghentian pembangunan permukiman Israel tersebut. Shaath, yang mengakui kebenaran sebagian isi Dokumen Palestina di Al-Jazeera, mengaku sudah mendapat dukungan 14 dari 15 anggota DK PBB, termasuk empat anggota tetap DK, yakni Inggris, Perancis, Rusia, dan China.

Dukungan bagi Palestina juga bertambah setelah Peru mengumumkan pengakuannya atas negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, Senin. Brasil, Argentina, Ekuador, Bolivia, dan Cile sudah lebih dahulu mengumumkan pengakuan mereka. (AFP/Reuters/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com