Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salman Taseer Dibunuh

Kompas.com - 06/01/2011, 03:49 WIB

Sosoknya yang terbilang kontroversial, lantaran keberanian serta sepak terjangnya melawan ketidakadilan terhadap kelompok minoritas di negerinya selama ini, diyakini menjadi penyebab utama kematian tragis Gubernur Punjab, Pakistan, Salman Taseer (66), di tangan salah seorang pengawal pribadinya.

Selain konsisten dan kerap bersuara keras menentang Undang-Undang (UU) Penghinaan Agama, Taseer juga dikenal berani ”pasang badan” melindungi seorang perempuan Kristen terpidana hukuman mati, Aasia Bibi, ketika para politisi lain justru mencoba bermain aman dan memilih tidak konfrontatif menghadapi para kelompok garis keras.

Bibi adalah seorang ibu rumah tangga yang diancam hukuman mati oleh UU Penghinaan Agama itu karena dituduh menghina Nabi Muhammad SAW dalam sebuah pertengkaran dengan tetangganya. Seorang ulama pro-Taliban bahkan sempat menawarkan hadiah 5.800 dollar Amerika Serikat (sekitar Rp 52 juta) bagi siapa saja yang bisa membunuh Bibi di penjara.

Menanggapi itu, Tasser tampil berani dengan berfoto bersama Bibi dalam sebuah pertemuan sekaligus menyerukan perlunya UU kontroversial itu diamandemen. Kasus Bibi ketika itu juga sempat mencuri perhatian banyak kalangan di seluruh dunia. Bahkan pemimpin umat Katolik, Paus Benedictus XVI, meminta Pemerintah Pakistan memberi sedikit kelonggaran untuk Bibi.

Kelompok liberal dan golongan kanan di Pakistan selama ini meyakini aturan UU tersebut sangat diskriminatif dan membahayakan, terutama bagi kelompok minoritas di sana. Aturan itu berakar pada hukum kolonial dari abad ke-19, yang dibuat untuk melindungi tempat-tempat ibadah.

Namun pada masa pemerintahan rezim diktator militer, Jenderal Mohammad Zia ul-Haq di era 1980-an, aturan itu menunjukkan ”taring”-nya lantaran kebijakan pemerintah di masa itu memang menganut garis keras. Ketika itu Taseer bahkan sempat ”mencicipi” dinginnya dinding penjara karena dianggap melawan pemerintah akibat pandangan-pandangan politiknya.

”Dengan bersedia membahayakan nyawanya sendiri demi menentang diskriminasi dan penyalahgunaan, Taseer justru telah menunjukkan dirinya sebagai seorang politisi yang sangat langka,” ujar Ali Dayan Hasan, peneliti senior Human Rights Watch terkait dengan isu Asia Selatan.

Dalam berkiprah, selain berani, Taseer juga dikenal sangat progresif dan ”melek teknologi”. Hal itu tampak dari kegemarannya memanfaatkan situs jejaring sosial Twitter dalam ”mengicaukan” sikap dan pandangan-pandangan kerasnya menentang ketidakadilan. Akun Twitter-nya bahkan memiliki lebih dari 5.500 pengikut (follower).

Dalam sejumlah ”kicauan”-nya, Taseer juga tampak sangat memahami risiko besar yang selalu menguntitnya.

”Besok para mullah berunjuk rasa menentang saya seusai (shalat) Jumat-an. Ribuan orang akan meneriakkan kepala saya. Benar-benar seru!”, begitu bunyi salah satu ”kicauan”-nya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com