Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nigeria Tambah Pasukan Polisi Menyusul Bom

Kompas.com - 28/12/2010, 03:14 WIB

JOS, SENIN - Pasukan antihuru-hara Kepolisian Nigeria menggelar patroli ketat di seputar kawasan Kota Jos, ibu kota negara Nigeria.

Hal itu dilakukan menyusul kerusuhan antara pemuda Muslim dan Kristen, dua hari setelah tujuh ledakan bom yang terjadi di malam perayaan hari Natal.

Rangkaian ledakan bom tersebut dilaporkan menewaskan 32 orang dan melukai sedikitnya 100 orang. Terkait kerusuhan yang terjadi Minggu, sejumlah gedung termasuk bangunan gereja dilaporkan dibakar oleh para perusuh.

Menurut para saksi mata, sepanjang kerusuhan juga terdengar suara tembakan. Saat ini, untuk meredakan situasi dan memulihkan keamanan, pihak kepolisian setempat meminta bantuan dari unit-unit kepolisian daerah lain.

Menurut Deputi Inspektur Jenderal Kepolisian Nigeria Aloysius Okorie, empat unit pasukan antihuru-hara dikerahkan dari kota Bauchi, Benue, Kano, dan Gombe.

”Mereka kami kerahkan untuk mendukung pasukan kepolisian di Jos demi mengembalikan keamanan dan situasi kondusif di sana. Saat ini suasananya sudah terkontrol,” tambah Okorie.

Dalam kesempatan terpisah juru bicara Palang Merah, Robin Waudo, menilai penambahan aparat keamanan ke lokasi bentrokan terbukti ampuh menurunkan ketegangan di sana.

Kawasan Jos memang dikenal sebagai wilayah ”sabuk”, tempat bertemunya penduduk kawasan selatan yang mayoritas umat Kristen dengan penduduk utara yang kebanyakan Muslim.

Dalam kondisi seperti itu, benturan diketahui kerap terjadi bahkan dalam satu dekade terakhir, yang juga meminta korban jiwa. Bentrokan terutama dilatarbelakangi perebutan pengaruh politik dan ekonomi serta lahan subur di sana antara kelompok yang mengklaim diri sebagai penduduk asli (selatan) dan para penduduk yang diklaim sebagai pendatang (utara).

Pada awal tahun lalu kekerasan berlatar belakang etnis dan agama juga terjadi dan bahkan sampai memakan korban hingga ratusan jiwa.

Dunia luar mengecam

Lebih lanjut sejumlah kalangan dari luar mengecam kerusuhan dan kekerasan yang terjadi di Nigeria, terutama aksi peledakan bom yang terjadi pada malam Natal. Mereka meminta Pemerintah Nigeria bisa segera mengungkap, menangkap, dan menyeret pihak-pihak yang bertanggung jawab atas aksi teror itu untuk diadili.

Kecaman tersebut dilontarkan pihak Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Nigeria dan juga Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon.

Mereka yang menjadi korban dalam ledakan bom tersebut kebanyakan orang-orang yang tengah berbelanja untuk menyambut perayaan Natal keesokan harinya. Tidak hanya itu, sebuah gereja juga dilaporkan ikut menjadi sasaran para teroris.

Setahun lalu di malam sama, menjelang hari Natal, sejumlah orang yang diduga anggota kelompok Islam radikal juga melakukan penyerangan terhadap tiga gereja di wilayah utara Nigeria. Dalam kejadian saat itu enam orang tewas dan satu gereja terbakar.

Dalam pernyataan resminya, Ban juga menyampaikan dukacita mendalam ke keluarga para korban ledakan bom.

Sementara itu, Presiden Nigeria Goodluck Jonathan memastikan, pemerintahannya bakal berupaya keras mengungkap aksi teror tersebut sekaligus juga mencari dan menyelesaikan akar persoalan.

Dilaporkan, dua ledakan bom terjadi di dekat pasar besar di pusat Kota Jos. Ledakan ketiga terjadi di kawasan permukiman orang Kristen, sementara bom keempat meledak di dekat jalan menuju sebuah masjid. Tak satu kelompok pun mengaku bertanggung jawab atas kejadian itu. (AFP/REUTERS/BBC/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com