Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Melindungi Rakyat dari Serangan Yeonpyeong

Kompas.com - 10/12/2010, 03:31 WIB

Buyung Wijaya Kusuma

”Saya tidak pernah percaya Korea Utara akan menjadi tetangga yang baik, tetapi saya percaya tentara kami akan melindungi rakyat dari serangan Korea Utara,” ujar seorang warga Korea Selatan, Na Chae-hak (35), saat mengobrol soal ancaman perang yang mungkin muncul setelah Pulau Yeonpyeong dibombardir peluru artileri Korea Utara.

Na Chae-hak menjelaskan bagaimana Kota Seoul terkesan begitu dingin menghadapi tingginya tensi di Laut Kuning yang menjadi perbatasan kedua negara yang terus bermusuhan. Bahkan, hingga kini masih harus diikat perjanjian gencatan senjata sejak mengakhiri Perang Korea (1950-1953).

Jangankan warga pribumi Korea, orang asing pun terlihat sibuk dengan aktivitas sehari-hari di beberapa sudut kota yang sedang menyambut turis mancanegara dengan program Hi Seoul 2010 tersebut. Tidak tersirat sedikit pun kerisauan dari wajah-wajah yang memadati mal, restoran, atau kereta bawah tanah.

Memang di luar dugaan saat Kompas mendarat pada pagi hari di Bandara Internasional Incheon, Selasa (30/11), sama sekali tak ada kesan akan terjadi perang ataupun menghadapi ancaman serangan dari negara tetangganya. Bahkan, antrean pemeriksaan imigrasi untuk orang asing pun relatif cukup panjang.

Dalam perjalanan menuju hotel, melewati pusat kota Seoul, suasana terlihat normal meskipun berita utama halaman satu pada harian lokal tetap memasang berita dan foto terkait serangan tentara Korea Utara. Hampir semua jalan yang dilewati dalam perjalanan lebih dari dua jam tersebut penuh dengan kendaraan pribadi, umum, ataupun truk angkutan barang.

Menurut Na Chae-nak, dirinya sangat percaya bahwa Pemerintah Korea Selatan akan mampu melindungi rakyatnya dari ancaman senjata Korea Utara yang mengkhawatirkan banyak orang di luar Semenanjung Korea. Apalagi rakyat Korea termasuk orang yang taat membayar pajak kepada negara sehingga wajar jika rakyat menuntut dilindungi oleh pemerintahnya.

Oleh karena itu, tak heran jika serangan 80 meriam artileri Korea Utara pada tanggal 16 November 2010 yang menewaskan 2 marinir, 2 warga sipil, mencederai belasan warga, serta menghancurkan puluhan rumah penduduk tidak langsung membuat warga Seoul panik. Meskipun ada beberapa kelompok yang menuntut pemerintah lebih tegas, tetapi kebanyakan warga memilih untuk tetap diam dan bekerja normal karena mungkin percaya dengan penyelesaian krisis yang dilakukan pemerintah.

Dan, dalam hal perlindungan, Pemerintah Korea Selatan memang menunjukkan keseriusan dengan mendukung penempatan personal dan peralatan militer yang jumlahnya relatif banyak di semua perbatasan, terutama di pulau-pulau sekitar laut Kuning. Bahkan, Majelis Nasional Komite Pertahanan Nasional Korea Selatan langsung melipatgandakan anggaran yang semula diusulkan Departemen Pertahanan sebelum serangan tentara Korea Utara.

Dalam pertemuan antara komite pertahanan nasional dengan Menteri Pertahanan Kim Tae-young yang dimuat di koran lokal berbahasa Inggris Korean Joongang Daily, anggota parlemen menambah anggaran pertahanan sebesar 714,6 miliar Won menjadi 31,2 triliun Won.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com