”PMI Kabupaten Malang menyiapkan dua truk dan ada pula 12 kendaraan station milik warga yang bisa digunakan bila kondisi darurat,” kata dr Abdurrahman dari PMI Kabupaten Malang.
Kendati Gunung Bromo sudah mengalami erupsi beberapa kali, warga Tengger tetap menjalani rutinitas sehari-hari.
Pada pagi hari, penduduk desa tetap ke tegal. Umumnya mereka menabur pupuk di ladang kentang yang baru beberapa hari ditanami. Warga tidak khawatir dengan erupsi Bromo.
Pada akhir pekan, cukup banyak wisatawan domestik ataupun mancanegara berkunjung.
Raslan (50), warga Probolinggo, bersama istri serta cucunya, Citra (3), yang ditemui di sekitar Bromo mengatakan tak merasa khawatir dengan ancaman letusan Bromo. ”Kami sudah biasa berwisata ke sini, jadi tidak takut,” ujar Ny Raslan.
Edi Suwartono (50) dan empat anggota keluarganya bahkan sengaja membelokkan perjalanannya dari Bali ke Gunung Bromo. Pria asal Kota Malang itu mengatakan, perilaku letusan Bromo tidak membahayakan. Keindahan Bromo jangan hanya dinikmati wisatawan asing.
Wisatawan asal Polandia Maciej Stronski dan Andrzej Placzek juga mengatakan tidak takut mengunjungi Bromo. Pemandu wisata menginformasikan bahwa Bromo berstatus Awas, tetapi kondisinya cukup aman.(INA/HAS)