Sampai berita ditulis pukul 20.00, asap kelabu kehitaman masih terus keluar dari kawah Gunung Bromo. Namun, asap solfatara hanya di sekitar kawah. Permukiman warga di Dukuh Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, tak terganggu.
Menurut Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Bromo Gde Suantika, melihat letusan lalu, diperkirakan letusan akan terus berlangsung tetapi tidak besar. Karena itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tetap merekomendasikan wilayah radius 3 kilometer dari kaldera Bromo harus disterilkan dari manusia. Namun, warga belum perlu diungsikan.
Menjelang letusan, gempa tremor tercatat semakin rapat dengan amplitudo sekitar 11 milimeter. ”Karena tremor membesar, gempa vulkanik tidak terekam,” kata Gde yang juga Kepala Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan Tanah PVMBG.
Jumat pagi, tremor terjadi dengan amplitudo maksimal sekitar 5 mm. Siangnya, tremor menjadi 6-7 mm.
Seiring stabilnya Gunung Merapi, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mulai menarik para sukarelawan. Sabtu (27/11), 50 sukarelawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Jatim ditarik dari Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, dan Magelang, Jawa Tengah.
Kepala Bidang Data, Informasi, dan Komunikasi Tagana Jatim Ibrahim Dasilva mengatakan, pihaknya menarik mobil dan peralatan lain untuk persiapan evakuasi warga Bromo. Namun, untuk sukarelawan masih mengandalkan Tagana Probolinggo.
Menurut Gubernur Jatim Soekarwo, pihaknya tetap menugaskan petugas medis bertahan di sekitar Merapi karena masyarakat di sana lebih membutuhkan daripada di Gunung Bromo.
Sementara itu, sejumlah pedagang di Pasar Pakem, Sleman, yang berjarak 14 km dari puncak Merapi mulai menggelar dagangan. Sisum (70), pedagang sayur di Pasar Pakem, mengaku, mulai berjualan sejak Selasa. ”Kalau enggak jualan, enggak dapat uang,” katanya, Jumat.