Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiprah Pesawat Amfibi di Nusantara

Kompas.com - 11/11/2010, 03:16 WIB

Setelah era kemerdekaan, TNI AU mengoperasikan Catalina hingga tahun 1980-an. Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Bambang Samoedro menerangkan, pesawat amfibi bernaung di bawah Skuadron Udara Intai 5 di Malang.

”Pesawat yang digunakan adalah PBY Catalina dan Grumman Albatros. Sekarang sudah tidak ada lagi pesawat amfibi dioperasikan TNI AU,” kata Bambang Samoedro.

Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo yang ditemui akhir Oktober 2010 mengatakan, keberadaan pesawat amfibi merupakan salah satu sarana penting untuk menjangkau kepulauan terdepan di Indonesia. ”Pesawat amfibi memiliki peran penting dalam tanggap darurat,” kata Dudi.

Salah satu contoh adalah penanganan kebakaran hutan di pedalaman Kalimantan Timur tahun 1997. ”Waktu itu disewa pesawat amfibi water bomber Beriev 200 buatan Rusia. Pesawat itu juga memiliki bucket untuk mengangkut air Sungai Mahakam atau dari danau yang ditumpahkan ke sumber api,” kata Dudi yang ikut meliput dalam operasi pemadaman kebakaran hutan tersebut.

Pesawat sejenis yang populer di dunia saat ini adalah Bombardier CL-142 buatan Kanada. Jepang juga memiliki pesawat sejenis, yakni Shinmewa yang merupakan turunan dari tipe pesawat amfibi yang mereka gunakan semasa Perang Dunia II, Kawanishi.

Pesawat amfibi, ujar Dudi, dapat digunakan untuk mengedrop tenaga bantuan, logistik, hingga evakuasi medis secara cepat.

Solusi tanggap darurat

”Kita belajar berulang kali terjadi bencana di daerah terpencil dan penanganan lambat karena ketiadaan sarana transportasi yang memadai. Pesawat amfibi merupakan salah satu solusi tanggap bencana dalam waktu dekat. Pesawat amfibi dalam situasi normal dapat digunakan untuk angkutan penumpang dan barang di tempat-tempat terpencil,” tutur Dudi.

Seperti kendaraan Hagglunds milik Palang Merah Indonesia yang dioperasikan di kaki Gunung Merapi, pesawat amfibi adalah salah satu sarana tanggap bencana yang dapat menjangkau medan-medan berat dan terpencil. (IWAN SANTOSA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com