Yangon, Senin
Peraturan-peraturan yang rumit untuk pemilu pada hari Minggu itu menghalangi kemungkinan sebuah kejutan prodemokrasi saat Myanmar mengakhiri setengah abad pemerintahan langsung militer. Televisi pemerintah mengatakan, para pemilih ”dengan bebas dan gembira” memberikan suara, tetapi laporan dari saksi-saksi mata memperlihatkan rendahnya jumlah pemilih yang memberikan suara.
Sehari setelah pemilu, bentrokan-bentrokan terjadi antara pasukan Pemerintah Myanmar dan pemberontak minoritas etnis Karen di kota perbatasan Myawaddy, menyebabkan sekitar 12.000 orang melarikan diri ke Thailand, kata para pejabat Thailand. Sedikitnya 10 orang cedera dalam apa yang merupakan tanda pertama kekerasan pascapemilu. Tembak-menembak berlanjut sampai Senin sore di Myawaddy. Bentrokan lain terjadi lebih ke selatan selama satu jam pada hari Senin, kata pejabat lokal Thailand.
Kelompok-kelompok minoritas etnis Myanmar, yang merupakan 40 persen penduduk negara itu, telah memperingatkan pada hari-hari terakhir bahwa perang sipil bisa meletus kalau militer berusaha menerapkan konstitusinya yang akan menghancurkan kesempatan untuk mendapatkan semacam otonomi.
Hasil resmi pemilu sedikit demi sedikit dikeluarkan media pemerintah, memperlihatkan militer dan partai-partai wakilnya unggul, tetapi gambaran jelas siapa yang akan menguasai parlemen mungkin baru akan diketahui sedikitnya sehari lagi.
”Jumlah pemilih yang memberikan suara tampaknya sangat rendah,” kata Presiden Filipina Benigno Aquino kepada wartawan dalam komentar pertama oleh seorang pemimpin ASEAN mengenai pemilu itu. ”Apa yang benar-benar kami inginkan terjadi di sana adalah partisipasi meluas.”
Tak banyak yang meragukan Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan (USDP) akan mendapatkan bagian yang besar dari kursi yang diperebutkan. Partai itu mengajukan 1.112 kandidat untuk 1.159 kursi di dua dewan parlemen nasional dan 14 parlemen daerah. Saingan utamanya adalah Partai Persatuan Nasional (NUP), yang juga didukung militer, dengan 980 kandidat. Sementara itu, partai antipemerintah terbesar, Persatuan Demokrat Nasional, hanya mencalonkan untuk 164 kursi.
Dengan hasil pemilu hampir bisa dipastikan, perhatian kini ditujukan pada apakah ikon prodemokrasi Aung San Suu Kyi akan dibebaskan kala masa tahanan rumahnya berakhir pada hari Sabtu.
Suu Kyi mendorong para pendukungnya untuk memboikot pemilu hari Minggu itu, sementara sekitar 2.100 aktivis politik atau politisi oposisi dipenjara. Putra bungsunya, Kim Aris,
Membebaskan Suu Kyi bisa mengobarkan semangat kekuatan prodemokrasi. Di luar markas besar partai Suu Kyi yang