Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel Menyambut Hangat Pemilu AS

Kompas.com - 05/11/2010, 06:01 WIB

Gerakkan proses damai

Sementara dari kalangan Arab tetap, mereka sangat berharap komitmen Presiden Barack Obama untuk terus menggerakkan proses perdamaian Timur Tengah dan tidak tunduk terhadap upaya kongres yang kini dikuasai Partai Republik untuk mendiktenya.

Analis politik harian Asharq al-Awsat, Walid Abi Murshid, mengatakan, dominasi Partai Republik di Kongres AS itu bukan berarti Kongres bisa serta-merta mendikte kebijakan luar negeri AS.

Ia mencontohkan, Presiden AS Bill Clinton pada tahun 1995 pernah menolak RUU yang meminta pemindahan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem. Pada saat itu, RUU tersebut mendapat dukungan mayoritas di DPR dan Senat, yakni 93 suara setuju dan 5 suara menolak di Senat dan 347 suara setuju berbanding 37 suara menolak di DPR.

Bill Clinton saat itu berdalih, menolak RUU tersebut karena apabila hal itu dilakukan, akan membahayakan keamanan nasional AS dan juga akan menghambat proses perdamaian di Timur Tengah.

Sekjen komite eksekutif PLO, Yasser Abdu Rabbo, menuduh Israel melakukan intervensi urusan pemilu sela AS untuk membuyarkan proses perdamaian Timur Tengah.

Ia menyatakan, pemerintah kanan Israel memiliki lobi kuat di dalam negeri AS sehingga bisa bermanuver dan memberikan pengaruh besar terhadap hasil pemilu sela legislatif AS.

Dijadwalkan, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan Wakil Presiden AS Joe Biden akan bertemu PM Israel Benjamin Netanyahu yang akan mengunjungi AS untuk menghadiri dan sekaligus sebagai pembicara dalam forum konferensi komunitas Yahudi AS di New Orleans pada hari Minggu mendatang.

Pertemuan tersebut diharapkan menghasilkan peta prospek perdamaian Timur Tengah ke depan, pasca-pemilu sela AS hari Selasa lalu. Presiden Barack Obama sendiri tidak dapat bertemu dengan Netanyahu karena melakukan lawatan ke Asia.

AS selama ini menjadi broker proses perdamaian Timur Tengah yang kini tengah macet menyusul Israel tidak memperpanjang moratorium pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat, yang berakhir pada 26 September lalu.

(Musthafa Abd Rahman)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com