Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu-Kini Teknologi Sirene Merapi

Kompas.com - 16/10/2010, 15:56 WIB

Bentuk fisik sirene awan panas dan lahar dingin beda dengan sirene manual di PGM. Sirene awan panas yang korsleting itu perangkat utamanya kotak mesin yang diletakkan di dalam bangunan kecil di bawah menara setinggi lebih 10 meter. Tak ada petugas penjaga di sana. Empat corong pengeras suara ada di puncak menara. Kotak mesin sirene itu sumber dayanya dua aki 24 volt.

Selain di Kaliurang Barat dan Tritis, sirene peringatan dini awan panas juga ditempatkan di Plangon, Sleman. Sementara, sirene peringatan dini lahar dingin ada di Kaliadem, Manggong, Bronggang, Sindumartani, dan di dekat Merapi Golf (sepanjang Kali Gendol), serta Turgo, Kemiri, dan Kalireso Pulowatu (sepanjang Kali Boyong). Sirine-sirine itu bukan alat deteksi dini (early warning system/EWS) karena tak ada alat sensornya dan masih dioperasikan semimanual.

Sirene-sirene itu penanda warga lereng Merapi. Bila bunyi, penduduk diharap bergegas ke barak-barak pengungsian. Sirene sekaligus penanda bagi ratusan penambang di Kali Gendol sehingga punya waktu meninggalkan area penambangan pasir.

Dengan fungsi vitalnya itu, jika sirene macet atau rusak, maka akan berdampak fatal. Ini soal keselamatan penduduk. Faktanya, kemacetan fungsi masih terjadi. Jika sirene manual yang lebih sepuh usianya saja masih bisa diandalkan, sirene yang diatur dari jarak jauh dengan teknologi lebih modern semestinya lebih ampuh. Kata kuncinya, kedisiplinan petugas. (LUKAS ADI PRASETYA) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com