Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Desak Negara Asia Desak Myanmar

Kompas.com - 26/09/2010, 18:24 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Sekjen PBB Ban Ki-moon memperingatkan negara-negara Asia bahwa kredibilitas mereka dapat rusak jika tidak melakukan sikap keras terhadap Myanmar menjelang pemilu November mendatang.

Ban mendesak negara-negara tetangga Myanmar untuk melakukan tindakan lebih keras menjelang pertemuan mengenai Myanmar pada Senin di sela-sela sidang Majelis Umum PBB.

Pertemuan itu akan membicarakan HAM manusia, dan kondisi kemanusiaan serta persiapan-persiapan bagi pemilu 7 November, yang menurut Inggris, AS dan Kanada akan diselenggarakan dalam kondisi penuh tekanan.

Sekjen PBB itu menyatakan frustrasi yang meningkat dengan junta itu, yang melarang pemenang hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi dan para pemimpin oposisi lainnya ikut dalam pemilu itu.

Ban mengemukakan kepada para pemimpin ASEAN yang beranggotakan 10 negara itu pada Jumat, PBB dan kelompok itu menginginkan tercapainya stabilitas dan pembangunan di Myanmar.

"Kami sepakat tentang perlunya dilakukan transisi yang demokratis dan rekonsiliasi nasional, dan menjamin pemilu diselenggarakan dengan bebas, jujur dan melibatkan semua pihak," katanya.

Tetapi ia menambahkan: "Jika harapan-harapan ini tidak dapat dipenuhi dapat merusak kredibilitas proses itu, yang akan merembet pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai kolektif ASEAN."

Ban mengatakan PBB dan ASEAN juga harus membantu Myanmar agar mereka dapat menangani tantangan-tantangan kemanusiaan dan pembangunan ini.

ASEAN - yang beranggotakan Brunei Darussalem, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam - memiliki prinsip kuat untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negara-negara anggota tetapi Myanmar telah menjadi sumber yang dapat memalukan bagi anggota-anggota yang lebih demokratis blok itu.

Sekjen PBB mengatakan, ia ingin berkerjasama dengan pemerintah militer itu untuk membantu peralihan yang berhasil pada kekuasaan sipil dan demokratis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com