Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur Sepeda Kota Bandung

Kompas.com - 19/08/2010, 13:44 WIB

Oleh WANDA LISTIANI

Penghargaan Kota Langit Biru pernah diraih Kota Bandung dari Kementerian Lingkungan Hidup sebagai apresiasi gerakan udara bersih yang dilakukan masyarakat Bandung, baik melalui penanaman pohon, uji emisi, maupun kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup lainnya.

Gerakan bersepeda merupakan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas udara Kota Bandung, selain juga penataan ruang publik yang berintegrasi dengan sistem transportasi dan industri berwawasan lingkungan, penghijauan, dan pemanfaatan bahan bakar alternatif.

Walau bersepeda di jalan raya Kota Bandung belum dirasakan nyaman dan aman, berbagai pihak, terutama akademisi di berbagai perguruan tinggi dan instansi pemerintah, mulai menggunakan sepeda di hari-hari tertentu. Kegiatan funbike dan funartbike serta adanya komunitas Bike to Work bahkan telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Kota Bandung.

Pengaspalan jalan utama yang dilakukan beberapa bulan terakhir, seperti di Jalan Setiabudi, Jalan Ir H Djuanda (Dago), Jalan Merdeka, dan berbagai jalan utama, seharusnya dibarengi dengan pembuatan jalur sepeda untuk lalu lintas sepeda. Kekhawatiran bersepeda di antara hiruk pikuknya kendaraan roda dua dan empat, terutama bagi anak sekolah, setidaknya dapat dikurangi jika ada fasilitas jalur sepeda ini. Selain itu, gerakan bersepeda juga menjadi salah satu solusi permasalahan kemacetan lalu lintas.

Kondisi jalan yang mulus, kesejukan udara, dan pepohonan tua nan eksotis menjadi bagian sumber daya alam yang dapat mendukung program gerakan bersepeda. Bersepeda ke kampus, sekolah, tempat bekerja, atau sekadar bermain ke pusat perbelanjaan diharapkan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Kota Bandung. Pembuatan jalur sepeda dan ruang tunggu sepeda telah dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai bagian dari program Sego Segawe.

Sego Segawe

Pada 1980-an sampai 1990-an di Yogyakarta ada pemandangan khas yang tidak pernah saya lupakan di masa kanak-kanak. Setiap pagi atau sore hari saya sengaja menunggu dan duduk di pinggir jalan Brigjen Katamso untuk melihat iring-iringan ibu-ibu bersepeda dengan tumpukan sayuran di sisi kanan kiri mereka. Mereka mengayuh sepeda sambil bercanda tawa.

Tidak pernah terlihat raut kesedihan ataupun beban kehidupan di wajah mereka. Beberapa di antara mereka menuju Pasar Beringharjo. Ada yang menuju pasar tradisional di daerah utara ataupun tempat mereka bekerja. Mereka bekerja sebagai pedagang, pelayan toko, dan karyawan di pusat Kota Yogyakarta. Setiap pukul 17.00 mereka berduyun-duyun menggunakan sepeda pulang ke arah selatan layaknya sekelompok burung yang kembali ke sarangnya.

Sejak Mei 2008 Pemerintah Kota Yogyakarta memasyarakatkan kembali bersepeda untuk sekolah dan bekerja dengan program Sego Segawe (sepeda kanggo sekolah karo nyambut gawe). Sebagai sarana pendukung, Pemerintah Kota Yogyakarta membuat jalur khusus sepeda dan ruang tunggu sepeda. Di perempatan kantor pos pusat, misalnya, dibuat ruang tunggu sepeda. Ruang tunggu sepeda ini berfungsi agar pengendara sepeda menunggu lampu merah. Namun, jalur sepeda yang disediakan masih digunakan untuk tempat parkir sepeda motor, becak, dan mobil.

Di beberapa jalan lain, seperti di Jalan P Senopati, Jalan Kaliurang, Jalan Kotabaru, Jalan Teknika Utara, dan Jalan Bhayangkara sudah dibuat jalur sepeda. Luas jalur sepeda di wilayah kampus lebih sempit dibandingkan jalur sepeda di ruas jalan Kota Yogyakarta. Sayangnya, beberapa jalur sepeda beralih fungsi sebagai tempat parkir sepeda motor ataupun kendaraan roda empat sehingga pertama, masih dibutuhkan dukungan berbagai pihak dan publikasi secara terus-menerus.

Kedua, penyematan ikon sepeda di jalur sepeda pada jarak yang mudah terlihat pengendara kendaraan bermotor. Ketiga, kebijakan pemerintah kota untuk mendukung gerakan bersepeda sebagai moda transportasi alternatif, sehat, hemat biaya, dan ramah lingkungan. Pembangunan dukungan fasilitas program gerakan bersepeda untuk mengurangi kemacetan lalu lintas juga dilakukan pemerintah Sydney, Australia, dengan pengajuan rencana jembatan angkasa Harbourlink.

Jembatan Harbourlink

Jembatan yang dibuat di atas jalanan kota Sydney khusus kendaraan bermotor sepanjang 2 km direncanakan terbentang dari ujung selatan Harbour Bridge ke utara Falcon Street yang sejajar dengan Warringah Freeway. Jembatan Harbourlink memberikan perjalanan yang nyaman bagi pengendara sepeda agar terhindar dari kemacetan dan jalan yang tidak rata atau naik turun.

Jembatan angkasa ini menjadi alternatif ruang bagi pengendara sepeda dan pejalan kaki karena penuhnya jalan raya di kota Sydney. Jalur sepeda yang sudah ada di Harbour Bridge merupakan salah satu jaringan sepeda paling terkenal di Sydney. Jaringan jalur sepeda di Sydney merupakan kunci keberlangsungan transportasi di Australia. Banyak warga Australia enggan bersepeda karena tidak ada rute yang layak atau akses yang sulit bagi rute yang tersedia.

Pemisahan jalur sepeda dengan kendaraan bermotor memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengendara sepeda karena pengendara bermotor di wilayah tersebut melek budaya. Di Indonesia budaya pengendara bermotor masih memprihatinkan sehingga angka kecelakaan lalu lintas setiap tahun meningkat.

Kawasan bebas kendaraan

Program hari bebas kendaraan bermotor setiap Minggu pagi di sepanjang Jalan Ir H Djuanda merupakan wujud kepedulian pemerintah dan masyarakat Kota Bandung akan lingkungan. Walau kepemilikan dan konsumsi kendaraan bermotor cukup tinggi, program gerakan bersepeda terus digalakkan. Kendaraan bermotor, terutama mobil, masih menjadi simbol status kemakmuran, kemajuan, kebebasan hasrat, realisasi diri, dan individualisme warga Kota Bandung.

Nilai ini berkembang dengan desain mobil yang merupakan fantasi pengendara akan kekuatan, kendali, dan kecepatan dalam perjalanan yang ditandai oleh penggunaan mesin dan fasilitas pada kendaraan tersebut. Pengalaman saat mengendarai, kemudahan mengatur kecepatan untuk mendahului, dan fasilitas perlindungan di saat perubahan cuaca membuat kendaraan bermotor tetap menjadi pilihan beraktivitas.

Angka kecelakaan lalu lintas seharusnya dapat dikurangi jika pengendara bermotor mengatur kecepatan kendaraan sesuai batas kecepatan. Kondisi jalan rentan bagi pengendara sepeda, terutama anak dan remaja sekolah.

Semoga dengan adanya jalur khusus sepeda, semua pihak, khususnya pengguna jalan, dapat menikmati Bandung sebagai kota bermartabat, bersih, makmur, taat, dan bersahabat (genah, merenah, tumaninah). WANDA LISTIANI Mahasiswa Program Doktor UGM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com