Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS: Provokasi Korut Sia-sia

Kompas.com - 11/08/2010, 02:59 WIB

SEOUL, SELASA - Ketegangan di Semenanjung Korea makin tinggi setelah pasukan Korea Utara tiba-tiba menembakkan 130 peluru artileri ke arah perairan Korea Selatan, Senin (9/8) petang. Aksi provokasi Korea Utara tersebut dipandang tidak akan menghasilkan apa-apa.

Militer Korea Utara (Korut) menembakkan meriam-meriamnya hari Senin sekitar pukul 17.30, tepat setelah Korea Selatan (Korsel) menutup latihan tempur anti-kapal selam terbesar dalam sejarahnya di Laut Kuning.

Sebagian besar peluru artileri tersebut jatuh di perairan Korut sendiri, tetapi pihak militer Korsel melaporkan ada 10 peluru jatuh di perairan Korsel, sekitar 1-2 kilometer dari perbatasan kedua negara di Laut Kuning, dekat dengan sebuah pulau yang dijaga pasukan Korsel.

Kementerian Pertahanan Korsel, Selasa kemarin, menyatakan, penembakan artileri Korut tersebut merupakan pelanggaran berat terhadap perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea, 1953.

”Jika Korut terus melakukan aksi dan retorika provokatifnya, kami akan mengambil tindakan tegas terhadap mereka,” kata kementerian tersebut dalam pernyataan resmi.

Insiden tersebut tidak berbuntut panjang meski Angkatan Laut Korsel langsung bersiaga penuh. Kapal patroli Korsel sempat memberikan peringatan kepada pasukan Korut untuk menghentikan tembakan, tiga menit setelah aksi dimulai. Namun, peringatan itu diabaikan dan penembakan berlanjut sampai memuntahkan 130 peluru.

Mendengar reaksi Korsel, Korut membalas dengan ancaman. ”Kami akan tunjukkan kepada orang-orang gila perang itu perang yang sesungguhnya, dengan perang pembalasan yang mengandalkan kemampuan nuklir kami,” demikian bunyi pernyataan di koran partai komunis Korut, Rodong Sinmun.

Sia-sia

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyayangkan aksi penembakan itu dan tidak memahami apa sebenarnya tujuan Korut dengan terus melakukan aksi ”ini dadaku, mana dadamu” tersebut.

”(Peristiwa) itu merupakan perilaku yang seharusnya dihindari Korut,” tutur juru bicara Deplu AS, Philip Crowley. AS adalah sekutu utama Korsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com